DON’T CRY! [Chapter 3]


DON’T CRY.

Author                        : Kwon Yura
Main Cast                   : Kwon Yuri
Cho KyuHyun
Hwang Tiffany
Jung Jessica
Choi Min Ho
Im YoonA
Choi Siwon
TOP(Choi SeungHyung)
GD (Kwon JiYoung)
Key (Kim Kibum)
Park Bom
Seo Joo Hyun (SeoHyun)
Backsound : – Park Bom – Don’t Cry
–         SNSD Tiffany Yuri – Baby Baby
–         As One – Miahn Gu Nih
–         Jung YongHwa –  Banmal Song
–         Cn Blue – Love Light
–         SNSD Yuri SooYoung – For Sure
–         SNSD Teyeon – I Love You (Ost Anthena)
–         Park Bom – You and I
–         Ost It Started With Kiss – Track 5 (drama Taiwan)
Gendre                         : Series
Rated                           : +15
Descleimer                : This fanfic is my imagination and my feeling. Don’t COPY AND PLAGIAT PLEASE!!!

~ Yuri Pov.~
“ Ya! Bangunlah.” Bisikku.
Tak ada jawaban.
“ TOP-ssi! Bangunlah!” bisikku pelan.
“ Mwo? Aku sedang menikmati tidur dibahumu.” Ucapnya sambil memenjamkan matanya.
“ KyuHyun ada disini, jadi ku mohon padamu agar membawaku pergi.’ Pintaku.
“ Biarkan saja. Lagipula mungkin ia ingin berduan dengan yeoja yang sedang bersamanya.” Masih dengan posisi yang sama.
“ Ya! Kau ingin membuatku patah hati lagi?!” omelku.
“ Tentu saja tidak jagi.” Ucapnya sambil bangun dari bahuku dan menatapku dengan tatapan mautnya.
Mwo? Jagi?
Aku mengerutkan keningku.
“ Apakah kau ingin pulang  jagi?” Tanya dengan suara keras.
“ Ya! Pelankan suaramu itu!” kesalku.
“ Wae?”
“ Suaramu terlalu keras!” ucapku.
Ia lalu tersenyum padaku lalu menarik tanganku ke dalam pelukannya. “ Kau tenang saja.” Ucapnya pelan ditelingaku. Ia lalu mencium keningku.
Aku mematung sejenak. Entah apa maksudnya?
“ Hei! Sebelum kita pulang, ada tempat yang ingin ku datangi bersamamu!” ucapnya sambil berdiri dari duduknya dan menarik tanganku. Jaketnya hampir membuatku jatuh karena ketarik tubuh TOP.
“ Ya! Kau ingin membawaku kemana?” tanyaku saat kami di dalam mobil. TOP diam, tak menjawab pertanyaanku.
“ Nanti kau juga akan tahu jagi.” Ucapnya sambil tersenyum.
Mwo? Jagi? Kenapa ia memanggilku jagi? Apa ada yang salah dengannya?
Aku diam tak ingin bicara padanya. Daripada ia mengatakan hal-hal yang lebih aneh lagi lebih baik aku diam.
Ia memparkirkan mobilnya pada pasar tradisional di jalan? Ha? Ingin apa ia ke sini membawaku?
“ Ayo turun!” ajaknya sambil membuka pintu mobil.
Aku menurutinya. “ Ya! Kau ingin apa membawaku kemari?” tanyaku sambil berlari pendek karena ia telah berjalan mendahuluiku.
“ Mencari cincin.” Ucapnya.
“ Banji? Untuk siapa?” tanyaku bingung. Pertanyaan bodoh Yul! Tentu saja untuk Bom Onnie, mana mungkin untukmu! Omelku pada diri sendiri.
“ Kau ini cerewet sekali sih!” omelnya.
Aku langsung memanyungkan mulutku. Dasar! Sudah mengajakku ke sini, aku malah di omelin! Kesalku.
Aku mengikutinya dengan berjalan di belakangnya. Aku melihat banyak pedagang yang menjual makanan siap saji. Di sini penuh sekali dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Aku melihat pinggiran jalan yang dipenuhi dengan pedagang dan pembeli.
Mataku tertuju pada pedagang makanan yang menjual jagung! Mataku berbinar-binar melihat jagung yang baru saja dibakar.
Aku ingin jagung, batinku.
Saat aku menatap jalanan lurus ke depan, TOP sudah tidak ada. Kemana dia? Kenapa ia meninggalkanku? Apa ia sengaja? Entahlah, yang jelas saat ini aku ingin jagung! Urusan TOP nanti saja! Peduli apa? Kalau aku sudah kenyang aku bisa kembali ke parkiran dan menunggunya disana. Ahhahahaha… pikirku.
Aku menghampiri pedangan jagung yang lumayang ramai dan mengharuskanku mengantri untuk mendapatkan jagung.
~TOP Pov.~
Aku  meberhentikan mobilku disungai Han. Yuri diam tak berbicara sama sekali dalam perjalan menuju ke sini. Aku juga memilih diam daripada berbicara. Walau yang ku dapatkan ke bosanan yang menyelimutiku.
“ Ya! Kita sudah sampai.” Ucapku. Aku keluar dari mobil.
Yuri mengikutiku. Ia duduk diatas mesin mobil milikku. Ia duduk mengarah aliran Sungai Han. Aku duduk tepat di sampingnya. Aku menatapnya. Menikmati saat-saat seperti ini bersamanya.
Aku mengeluarkan cake yang kami pesan tadi.
“ Makanlah! Dan aku yakin kau akan merasa lebih baik.” Ucapku.
Ia menuruti perkataanku. Ia memakan cake hot chocolate yang ia pesan tadi. Aku tahu pikirannya melayang jauh. Tidak disini, tepatnya adalah tidak bersamaku. Entah apa yang ia pikirkan saat ini? Mungkinkah namja di toko kue itu? Karena sebelum namja itu datang ia baik-baik saja.
Aku menatapnya. Ia sedang menatap Sungai Han tapi pikirannya tak disini.  
“ Apa kau merasa lebih baik?” tanyaku khawatir. Ia menatapku dan mencoba tersenyum padaku. Ia menunjukkan senyuman tipis dan samar.
Aku tertawa sinis melihatnya seperti itu.
“ Jangan sok tegar!” omelku pada akhirnya. Entahlah mengapa aku selalu marah dan kesal saat Yuri mencoba tersenyum padahal hatinya hancur.
Ia menatapku. (*backsound: Banmal Song)
“ Aku tahu kau sebenarnya tidak baik-baik saja. Walau kau seribu kali bilang aku baik-baik saja. Karena aku mengenalmu Yul, sangat.” Ucapku sambil menatap Sungai Han.
Ia menatapku dengan tersenyum. Entah mengapa?
“ Aku akan menunggumu cerita padaku.” Ucapku sambil melihatku lalu menatap sungai Han.
Ia tertawa pahit. “ Wae? Sepertinya kau selalu memperhatikanku.” Ucapnya sambil menundukkan kepala.
“ Ani, aku tak pernah memperhatikanmu. Aku selalu memperhatikan Bom.” Ucapku asal.
Ia diam.
“ Jadi, apakah kau akan menceritakan perasaanmu padaku?” tanyaku lagi.
Ia menatapku yang masih menatap sungai Han. “ Wae? Kenapa kau begitu penasaran sekali?” tanyanya.
“ Aku hanya mencoba membuat perasaan mu ringan.” Ucapku masih dengan posisi yang sama. Aku sendiri juga tak mengerti kenapa aku begitu ingin kau menceritakan perasaanmu saat ini padaku? Batinku.
Ia diam. Lagi-lagi ia diam. Batinku.
“ Kenapa kau diam?” tanyaku sambil menatapnya.
“ Memangnya kenapa?” tanyanya balik.
“ Makanlah kuemu itu!” ucapku sambil menatap kue yang baru ia gigit sekali.
“ Kenapa kau tidak makan kuemu?” tanyanya.
“ Aku masih kenyang.” Ucapku sambil menatap Sungai Han.
“ Sungai ini indah ya?” tanyanya padaku.
Aku hanya diam saja. Tak tahu ingin menjawab apa?
Ia meminum hot chocolate miliknya yang masih panas. Ia membuka tutupnya lalu meniupnya. Asapnya mengepul di udara.
“ Aku tak mengerti.” Ucapku tiba-tiba. Ia menoleh menatapku.
“ Maksudmu?” tanyanya.
“ Aku tak mengerti tentang dirimu yang pura-pura sok tegar!” lanjutku.
Ia diam tak ingin menjawab.
“ Aku merasa aneh saat bersamamu.” Lanjutku. Ia menaikkan alisnya. “ Aku merasakan perasaan yang tak ku rasakan saat bersama Bom.”  Tambahku.
“ Setiap berada di dekatmu aku selalu merasa kesal, senang, dan… perasaan yang tak dapat ku ketahui. Tapi saat bersama dengan yeoja lainnya, aku merasa biasa saja. Aku hanya menganggap mereka sebagai teman biasa.”
“ Maksudmu aku bukan temanmu?” tanyanya bingung.
Yeoja pabo! Bukan itu maksudku! Kalau aku menganggapmu musuhku, aku tak mungkin rela menjagamu dan menolongmu saat dirumah hantu tadi!
“ Molla, aku sendiri juga tak mengerti.” Ucapku sambil menatapku dengan tatapan mautnya. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan dengan yeoja pabo ini?
“ Lalu apa kau menganggapku musuhmu?” tanyanya lagi dengan polos.
Aisshh kau ini Yul, kenapa kau begitu bodoh? Batinku.
“ Aku tidak tahu Kwon Yuri-ssi. Yang ku rasakan kau special dihatiku.” Ucapku keceplosan. Aku melihat reaksimu. Kau hanya bengong.
“ Oh.” Ucapnya, yang membuatku mengehela napas panjang.  
Angin bertiup kencang. Membuatku menggigil merasakan dingin. Aku melihat Yuri yang menggil ke dinginan juga.
“ Wae?” tanyaku. Pertanyaan bodoh, batinku.
Ia menggeleng. Aku tak  mengerti jalan pikirin yeoja ini, ucapku dalam hati.
Aku melepas setengah bagian  jaketku dan memakaikannya pada tubuhnya.
“ Aku tahu kau merasa dingin sama sepertiku. Jadi, karena kita sama-sama dingin, kita berbagi jaket saja.” Ucapku sambil tersenyum padanya.
Ia bengong menatapku. Entah mengapa?
“ Mianhae, aku hanya memberikan setengah bagian  jaketku.” Ucapku sambil menunduk.
“ Kenapa minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf padamu karena selama seharian ini aku telah merepotkanmu.”
“ Merepotkanku?” tanyaku sambil menatapnya bingung. “ Sepertinya tidak, aku malah senang kau berada di rumahku dan menemaniku.” Ucapku sambil memalingkan wajah. Entah mengapa hatiku terasa berdebar-debar.
“ Ya! Bintang itu cantik sekali!” tunjuknya pada bintang yang paling bersinar.
Aku mengikuti arah jari telunjuknya dan melihat bintang yang ia maksud. Aku hanya tertawa tertahan saat melihat bintang itu.
“ Wae?” tanyanya sambil menatapku.
“ Ani, tidak apa-apa.” Ucapku sambil memalingkan wajah darinya. Ia terlalu cantik malam ini membuatku berdebar-debar saja, batinku.
 “ Apa kau masih tak mau memberitahuku tentang perasaanmu?” tanyaku yang membuatnya diam. Entah mengapa aku masih penasaran.
Ia meniup hot chocolate yang masih panas. Lalu menyeruputnya dengan perlahan. Aku menatapnya dan menunggunya  bicara tentang perasaannya di toko tadi. Ia menatap sungai Han yang aliran airnya tidak begitu deras.
“ Baiklah, aku akan menunggumu bicara padaku.” Ucapku kemudian sambil menatapnya dengan tatapan mautku.
Aku membuka tutup hot chocolate milikku sambil menunggunya bicara. Lalu meniupnya yang membuat kepulan asap di udara.
“ Aku menyukai namja itu.” Ucapnya tiba-tiba.
“ Aku tak tahu bagaimana aku bisa menyukai namja itu. Perasaan itu begitu alami di dalam hatiku. Dan aku juga tidak tahu sejak kapan aku memperhatikan namja itu.” Ucapnya sambil menerawang.
“ Awalnya aku berpikir ‘ apakah perasaan ini akan baik-baik saja?’, ‘ apakah perasaan ini akan menghancurkanku?’, ‘ apakah ia sudah memiliki yeojachingu?’, dan pikiran lainnya yang selalu membuatku bertanya pada diriku sendiri.” Ia lalu diam.
Aku menatapnya lalu mengelus rambutku dengan lembut. “ Apakah yang kau maksud namja itu adalah laki-laki yang bersama yeoja di toko kue tadi?” tebaknya.
Ia menatapku lalu mengangguk.
“ Lalu bagaimana perasaanmu melihat namja itu bersama dengan yeoja selain dirimu?”
“ Aku tidak tahu, yang ku rasakan saat itu adalah perasaan perih pada hatiku. Aku selalu berharap, bahwa suatu saat nanti KyuHyun menjadi milikku.” Ucapnya sambil bengong.
DEG! Entah kenapa ulu hatiku sakit mendengar ucapannya barusan.
Aku tersenyum getir. “ Jadi namja itu bernama KyuHyun?” tanyaku.
Ia mengangguk.
“ Jika suatu saat nanti ia menjadi milik orang lain, aku tidak dapat membayangkannya. Aku tahu, aku memang yeoja pabo! Aku tahu harapanku adalah harapan kosong. Tapi satu hal yang ku ketahui adalah aku mencintai KyuHyun dengan tulus.”
DEG! Entah kenapa ulu hatiku sakit mendengar ucapannya lagi.
“ Kalau begitu berusahalah mendapatkannya.” Usulku asal.
Ia menatapku. “ Aku tidak tahu apakah aku bisa mendapatkannya atau tidak.” Matanya berkaca-kaca.
Aku menatapnya. Ia hanya menundukkan kepala. Apakah ia menangis? Batinku.
“ Angkat kepalamu.” Pintaku.
Ia diam.
“ Ya! Yuri, Kwon Yuri!” panggilku.
Ia mengangkat kepalanya. “ Wae?” tanyanya.
“ Berhentilah menangis sendirian, aku ada disini menemanimu.” Ucapku. Ia menatapku.
Ia terdiam sejenak sambil menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. “Gomawo TOP, kau selalu disisiku kalau aku sedih.” Ucapnya.
“ Tidak juga.” Ucapku asal..
“ Seterahlah, kau membuatku kesal saja.” Ucapnya sambil memalingkan wajahnya dariku.
Wae? Apa Yuri sungguh marah padaku? Entah apa yang ku pikirkan saat ini, tiba-tiba aku memeluknya. Rasanya aku ingin memeluknya, pikirku. Tanpa sadar aku sungguh memeluknya.
(*backsound: Park Bom – You and I)
 “ Ya! Lepaskan aku!” pintanya padaku yang membuatku semakin erat memeluknya.
“ Sirheo!” ucapku lalu membaringkan kepalanku pada bahunya.
Entah kenapa aku merindukan perasaan ini? Perasaan yang hanya bisa ku dapatkan saat bersama Yuri, bukan Bom dan juga bukan yeoja lainnya.
“ Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!” berontaknya dalam pelukanku.
Melepaskanmu? Aku juga ingin, tapi entah mengapa jiwa ragaku menolak untuk melepaskanmu, batinku.
“ Diamlah, aku sedang lelah.” Ucapku asal sambil memejamkan matanya.
 “ Lelah? Memangnya kau lelah kenapa?” protesnya.
Aku lelah melihat kecantikanmu hari ini, jadi biarkan aku tidur dibahumu.
“ Sudahlah, yang jelas aku lelah sekali saat ini.” Ucapku lagi-lagi asal tanpa pikir panjang.
Ia diam dan tak memberontak lagi dalam pelukanku dan membiarkanku berbaring di bahunya.
Aishh, aku sungguh merindukan perasaan ini, batinku. Aku tak tahu apa yang ia lakukan saat ini. Aku terlalu menikmati saat ini.
“ Ya! Bangunlah.” Bisiknya.
Aku diam. Malas untuk membuka mata.
“ TOP-ssi! Bangunlah!” bisiknya pelan.
“ Mwo? Aku sedang menikmati tidur dibahumu.” Ucapku sambil memenjamkan mata.
“ KyuHyun ada disini, jadi ku mohon padamu agar membawaku pergi.’ Pintanya.
“ Biarkan saja. Lagipula mungkin ia ingin berduan dengan yeoja yang sedang bersamanya.” Masih dengan posisi yang sama.
“ Ya! Kau ingin membuatu patah hati lagi?!” omelnya.
“ Tentu saja tidak jagi.” Ucapku sambil bangun dari bahunya dan menatapnya dengan tatapan mautku.
Ia mengerutkan keningnya. Aku tahu ia bingung. Tapi yang jelas, aku sungguh menyayanginya.
“ Apakah kau ingin pulang  jagi?” Tanyaku dengan suara keras. Sengaja membuat KyuHyun dengar, walaupun kemungkinan kecil.
“ Ya! Pelankan suaramu itu!” omelnya.
“ Wae?”
“ Suaramu terlalu keras!”
Aku lalu tersenyum padanya lalu menarik tangannya ke dalam pelukanku lagi. “ Kau tenang saja.” Ucapku pelan ditelinganya. Aku lalu mencium keningnya. Tanpa sadar seulas senyum tersungging di wajahku. Entah mengapa? Yang jelas saat ini aku sungguh bahagia bersama Yuri.
 “ Hei! Sebelum kita pulang, ada tempat yang ingin ku datangi bersamamu!” ucapku sambil berdiri dari dudukku dan menarik tangannya. Jaketku hampir membuatnya jatuh karena ketarik tubuhku.
Tiba-tiba teringat pasar tradisonal 24 jam di jalan.
“ Ya! Kau ingin membawaku kemana?” tanyanya saat kami di dalam mobil. Aku diam, tak menjawab pertanyaannya.
“ Nanti kau juga akan tahu jagi.” Ucapku sambil tersenyum.
Ia lalu diam.
Aku memparkirkan mobilnya pada pinggiran jalan.
“ Ayo turun!” ajakku sambil membuka pintu mobil.
Ia menurutiku. “ Ya! Kau ingin apa membawaku kemari?” tanyanya sambil berlari pendek karena aku telah berjalan mendahuluinya.
“ Mencari cincin.” Ucapku.
“ Banji? Untuk siapa?” tanyanya polos.
“ Kau ini cerewet sekali sih!” omelku.
Ia mengikutiku dengan berjalan di belakangku. Aku terus berjalan lurus ke depan tanpa melihat ke belakang lagi. Mataku mencari-cari pedagan aksesoris. Saat mendapati pedagang yang menjual aksesoris, aku membalikkan badan dan ingin mengajak Yuri untuk ikut melihatnya.
Yuri tak ada dibelakangku. Aku melihat sekelilingku. Berharap ia masih di sekitarku. Tapi, hasilnya nihil. Aku mencarinya dengan berjalan. Memperhatikan dengan seksama orang-orang yang berlalu-lalang.
Kemana dia? Kenapa ia pergi tanpa memberitahuku? Aku mengambil ponsel disaku jaketku dan menekan tombol 7 yang langsung terhubung ke nomornya.
Aku tak pernah merubah nomor 7 untuk jalan pintas menelpon ke nomor dia diponselku. Aku sudah menaruhnya selama 2 tahun terakhir ini. Dan tak pernah merubah dan mengganti nomor 7. Karena nomor 7 itu sangat special untukku.
Nada pertama terhubung. Aku menunggu Yuri untuk menjawab telponku tapi tak ada jawaban.
~ Yuri Pov~
Aku mendapatkan jagung setelah mengantri lama. Aku membeli jagung sebanyak 3, satu jagung bakar manis, jagung bakar keju, dan satu lagi jagung rebus rasa coklat. Omo! Ini sungguh enak sekali! Aku memakan jagung rasa jagung bakar manis dan memakannya ditempat aku membelinya.
Ponselku tiba-tiba bergetar. Mungkin ada panggilan masuk? Aku membiarkannya karena aku tak ingin ada yang menggangguku saat sedang makan jagung! Aku tersenyum. Ini sungguh enak! Batinku. Aku menunggu jagung-jagungku selesai dibakar dan di rebus.
~ TOP Pov~
Telponku tak diangkat olehnya. Aku langsung memutuskan sambungan dan berlari mencarinya. Mataku terus saja mencari-cari sosok Yuri. Tapi hasilnya nihil. Aku sudah mencarinya di pedagang aksesoris, pedagang yang menjual makanan-makanan, pedagang pakaian, ataupun pedagang eskrim. Tapi semuanya tak ada hasilnya.
Hujan turun dengan derasnya dengan tiba-tiba. Bagaimana ini? Hujan sedang turun dan aku belum mendapatkan Yuri. Aku berlari mencarinya lagi lebih dalam.
~ Yuri Pov~
Hujan mulai turun. Aku menatap langit dengan bingung. Kenapa tiba-tiba hujan? Bukankah tadi terang? Kemana TOP? Kenapa ia tak mencariku? Apa ia sudah pulang tanpa memikirkan aku?
Air hujan mengenai ujung kakiku sampai lututku, hingga kakiku basah terkena cipratan air hujan. Aku memeluk diriku sendiri karena merasa dingin. Aku hanya berteduh dari payung yang pada pedagang jagung.
Where is TOP? Disini dingin sekali. Seharusnya aku bilang padanya bahwa aku ingin beli jagung, jadi tidak kehilangan ia seperti ini. Sesalku dalam hati.
Apa aku ke parkiran mobilnya saja dan menunggunya disana? Usulku pada diriku sendiri. Aku berlari kecil ditengah turunnya hujan deras. Aku menutupi kepalaku dengan tas yang ku pakai.
Untung saja TOP memakirkannya tidak jauh dari pedagang jagung tadi. Aku menunggu TOP sambil duduk di atas mesin mobilnya dengan memeluk diriku sendiri karena terlalu dingin.
(*backsound: Love Light)
15 menit kemudian TOP masih belum kembali dan masih menunggunya ditengah derasnya hujan. Aku menggigil ke dinginan. Karena terlalu lama terkena air hujan. Aku melihat orang-orang mulai berkurang. Mungkin mereka telah pulang ke rumah mereka masing-masing.
20 menit kemudian TOP masih belum kembali sedangkan aku disini menunggunya dengan tubuh yang menggigil.
Pandangan mataku mulai berkunang-kunang. Kepalaku terasa sakit. Aku mencari ponselku ditas. Saat ku lihat ponselku, batrai ponselku lowbat dan tidak dinyalakan sama sekali. Oh good! Mungkin sekarang aku akan mati ke dinginan karena menunggu namja pabo itu.
Oh Tuhan, aku sungguh merasa dingin. Otthokhe? Mataku mulai tak melihat apa-apa. Tubuhku terasa lemas dan dingin. Mungkin aku akan pingsan lalu mati kemudian.
“ Yuri!!” panggil suara namja yang sangat familiar ditelingaku.
TOP berlari menghampiriku. Aku tersenyum tipis melihatnya berlari ke arahku. “ Syukurlah kau telah datang.” Ucapku saat ia berada tepat di depanku. Aku langsung jatuh ke dadanya karena terlalu lemas.
Aku masih bisa merasakan ia memelukku saat ini. Pelukan yang entah mengapa bisa menenangankan kegelisahanku.
————————————– TBC ———————————————
Bagaimana menurut kalian DON’T CRY! Chapter 3 ini? Aneh tidak? Aku harap para readers komen! Soalnya banyak diantara kalian yang baca tapi nggak komen! Coba kalian pikirin perasaan author atau kalian sendiri mungkin yang udah susah payah bikin tapi readers kalian dengan enaknya baca tanpa meninggalkan komentar!! Sakit hati nggak sih?! So, please leave comentar please!! I’m sorry I mad :D

14 respons untuk ‘DON’T CRY! [Chapter 3]

    • kwonyura berkata:

      hahahahaha mungkin dipart 5 baru ada Onn saolnya disni masih ngebahas hubungan TOP Yuri hehehe tapi nanti bakalan ada adegan kyuri kok Onn 😀 hehehe

  1. fdy berkata:

    onnie keren!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    tp kok banyakan yuri-top moment onnie?
    aku nunggu kyurinya onnie!!
    yuri onnie bertahan!! jgn roboh dl!!
    wa… tambah suka
    aku lanjut next chap ya onnie^^

Tinggalkan Balasan ke kwonyura Batalkan balasan