I Wanna Say ” I Love You ” [ Part 8 ] – Butterfly

I Wanna Say “ I Love You ”

[ Butterfly ]

Stay Away In My Side

Author : Kwon Yura

Main Cast : Kwon Yuri

Seo Jo Hyun

Lee EunHyuk

Cho KyuHyun

Support : SNSD and Super Junior

PG : 17+ amd BO (?)

Length : Series

Art Poster : ShinStarKey

Disclaimer : I don’t own them, they belong to God. My plot is really my OWN, PURE, and MINE.

Don’t try to copy or plagiat, please!!! Because I don’t permit it!!

And Happy Reading too!

“Sekali saja, kau menganggapku seseorang yang istimewa untukmu.”–Kwon Yura.

Listening :

Cho KyuHyun – Just Once

 

Aku kembali ke sekolah pada keesokan harinya. Aku menatap lurus ke depan dengan penuh keyakinan yang ku miliki. Aku, Kwon Yuri, ingin berubah menjadi seseorang yang berbeda hari ini.

Aku membiarkan rambut ikalku jatuh terjuntai begitu saja, membiarkan mata indahku terihat tanpa ada bingkaian kacamata disekitar mataku. Hm, aku akui, sejujurnya aku tidak begitu percaya diri berpenampilan seperti ini, ditambah lagi pandangan mata dari mereka semua yang menatapku tetapi… aku memiliki alasan khusus mengapa melakukan hal ini.

Lucu? Mungkin. Tetapi, aku sudah jengah dengan kebodohan yang ia miliki. Aku muak melihatnya yang hanya menganggapku sebagai bayangan.

“Yuri?” panggil seseorang dibelakangku, sedikit familiar untukku –tetapi membuatku mengernyitkan kening karena aku tidak begitu mengenali pemilik suara itu-. Sebuah tangan mencengkram lenganku dan menarikku pelan untuk berhadapan dengannya.

Mataku sedikit membulat kaget saat melihat seseorang itu. “E-eunHyuk-ah…” panggilku kaku sembari menyunggingkan senyum kecil.

“Kau…” ucapnya terputus sembari menatapku tak percaya. “K-kau…”

Aku menggigit bibir bawahku, menahan rasa malu dan juga bertahan.

“Ada apa denganmu?” tanyanya dengan dingin.

Aku diam, selama beberapa saat sembari menatapnya tak percaya. Kenapa ia tiba-tiba berubah dingin seperti ini?

“Aku tanya, ada apa denganmu?” ulangnya sembari menahan emosi yang ia rasakan.

“EunHyuk-ah, kau… kenapa?” tanyaku balik dengan sedikit takut sembari mencoba melepaskan diri dari cengkramannya.

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu!” ucapnya dengan kesal lalu melepaskan cengkramannya dan kemudian meninggalkanku begitu saja. aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dengan perasaan bingung.

Apa ada yang salah dengan penampilanku?

Aish! Apa sih monyet sialan itu? Merusak suasana hatiku saja, kesalku lalu berjalan dengan kesal menuju kelas.

***

Baiklah, baiklah, aku merasa bosan dengan ini semua. Sudah tiga puluh menit berlalu, tetapi para lelaki ini tidak ingin pergi juga. Mereka mengelilingi tempat dudukku sembari menatapku dengan kagum, sedangkan aku hanya melayani pembicaraan mereka dengan sebuah senyum kecil yang ku paksakan.

“Kau menyukai film berjenis apa?” tanya Il Hoon teman sekelas laki-lakiku.

“Hari ini sepertinya cuaca akan bagus, bagaimana jika kita keluar bersama?” Ajak MinHyuk yang juga teman sekelasku.

“Boleh aku duduk disampingmu?” tanya MinHo.

“Maukah kau pergi bersama lusa besok?” Ajak Kai.

“Hari ini kau terlihat berbeda dengan gadis lain, kau jauh lebih cantik daripada mereka.” Puji WonHo.

Astaga, masih banyak lagi yang mereka katakan padaku dengan bersamaan, membuatku hampir gila. Tetapi, apa yang hanya kulakukan selain senyum simpul? Tidak ada. Aku menikmati sedikit usahaku ini, setidaknya jika ini mempengaruhi lelaki lain, berarti ini juga bisa mempengaruhi KyuHyun untuk menatapku dan menganggapku.

“Bisakah kalian menyingkir darinya?” ucap seseorang dengan dingin dan ketus. Semua laki-laki disekelilingku menoleh kesal ke arah sumber suara itu, memberiku celah untuk melihat siapa yang berbicara seperti itu.

“Ya.” Ucap Il Hoon dengan kesal sembari mendekati EunHyuk. “Kau pikir, kau siapa huh?” lanjutnya sembari membersihkan bagian pundak EunHyuk dengan sengaja.

“Kau mendekatinya, maka kau akan mati ditanganku.” Balas EunHyuk dengan sinis dan dingin.

Aku menatapnya tak percaya, terlebih pada alat pendengaranku ini. A-apa yang baru saja ia katakan? Mati ditangannya?

“Cih! Berani sekali kau mengatakan itu padaku.” Ucap Il Hoon dengan kesal.

“Ada masalah jika aku berkata seperti itu?” balas EunHyuk tak mau kalah. “Ya! Ya! Ya! Kalian semua juga akan mati jika berani mendekati Yuri!” ucapnya kesal sembari mengacungkan jari telunjuknya pada laki-laki yang berada disekitarku, mungkin hampir sekelas. EunHyuk mencengkram tanganku, lalu menarikku untuk pergi dengan sedikit kasar.

“Ya! Lepaskan!” pintaku sembari mencoba melepaskan diri dari cengkramannya, tetapi hasilnya nihil. Tenaga yang ia miliki lebih besar daripada yang aku keluarkan. “EunHyuk!” panggilku kesal. Semua mata menatap kami berdua dengan tatapan bingung, membuatku merasa risih.

“Lepaskan!” tegasku padanya sembari berhenti mengikutinya. Aku menatap punggungnya dengan kesal dan tajam. Ia berhenti, lalu menghadap ke arahku dengan tatapan kesal. “Apa maumu?” tanyaku ketus.

“Apa mauku? Kau tanya apa mauku, huh? Jika aku mengatakannya, apakah kau akan mengabulkan permintaanku itu?” ucapnya dengan kesal sembari mendekatiku. Ia menatapku tajam sembari mempererat cengkraman tangannya.

Aku menghembuskan napas panjang sembari memenjamkan ke dua mataku. “EunHyuk-ah, ada apa denganmu hari ini? Kemarin saat kau menjengukku, kau baik-baik saja. Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanyaku melembut padanya.

“Tidak, aku baik-baik saja. sangat baik. Jika kau tidak seperti ini.” Ucapnya sembari menahan emosi.

“Ya, memangnya ada apa denganku?”

“Huh, pertanyaan bodoh apa yang kau tanyakan itu, Kwon Yuri?” sinisnya.

“Ya! Sebenarnya ada apa denganmu?”

“Apakah kau ingin sekali menjadi nyonya Cho Yuri, huh? Tidak kah kau berpikir terlebih dahulu? Apa pikiranmu itu sempit sekali jadi hanya ada dia seorang yang ada dibenakmu? Tidak pernahkah kau pikirkan aku yang selama empat tahun ini diam-diam berada disisimu?” ucapnya kesal, membuatku mengernyit tak percaya pada apa yang baru saja ia katakan.

“EunHyuk-ah…” panggilku pelan.

“Aish! Sudahlah, lupakan saja!” kesalnya lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Aku menatap punggungnya dengan nanar. Mataku panas.

“Apa kau jatuh cinta padaku?” tanyaku pelan pada punggung yang semakin menjauh dari pandanganku. “Aku mohon, jangan jatuh cinta padaku…” ucapku pelan diiringi air mataku yang jatuh. “Jika kau jatuh cinta padaku, kau akan terluka banyak karena ku…” lanjutku lalu suara isak kecil mulai terdengar dari mulutku.

KyuHyun-ah, a-aku harus bagaimana sekarang?

 

***

Aku berjalan menelusuri taman halaman sekolah dengan kepala terduduk dan memasukkan tangan ke dalam saku bleezer, memikir maksud kata-kata monyet aneh itu.

“ Bodoh.”

….

 

“ Tidak, aku akan menemanimu sampai kau pulang. Dan aku tidak akan membiarkanmu sendirian merasakan kesepian.”

…

 

“ Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Mulai saat ini, aku akan selalu berada disampingmu setiap saat. Entah kau menginginkan kehadiranku atau tidak? Tetapi, aku akan tetap berada disisimu sampai kapanpun.”  

…

 

“ Makanlah yang banyak. Aku tidak ingin kau jatuh sakit.”

…

 

Mataku basah dan mungkin saat ini aku tengah menangis dalam diam tanpa sadar.

 

Seseorang memutar tubuhku dan membalikkan badanku untuk menghadapnya dan membelakangi mereka. Aku mengangkat wajahku dengan susah payah. Dan mendapati EunHyuk tengah berdiri dihadapanku.

“ Jangan lihat lagi!” ucapnya pelan, ada perasaan iba disuaranya.

 

“ Sudahlah, ada aku disini.” Ucapnya, menyuruhku menyenderkan kepalaku pada bahunya dengan tangan kanannya. “ Jangan bersikap bodoh.Tidakkah cukup melihat mereka seperti itu?” tanyanya pelan.

….

 

“  Berhentilah mencintai laki-laki itu, berpalinglah darinya. Dia tidak pantas untukmu. Ada laki-laki lain yang mencintaimu apa adanya dengan setulus hatinya.” Bisiknya lembut ditelingaku.

…

 

“ Berpalinglah padaku, Kwon Yuri-ya.” Ucapnya lembut ditelingaku sambil memelukku dengan erat dan lembut.

….

 

“ Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja.” ucapnya menyemangatiku sembari tersenyum ramah padaku.

….

 

“ Sudahlah, jangan menangis lagi. Sudah ku bilangkan, kau jelek saat menangis.” Makinya lembut sembari mencubit ke dua pipiku dengan sedikit keras. Aku meringis kesakitan saat jemarinya mencubit ke dua pipiku.

…

 

“ Ini baru, Kwon Yuri-ku.” ucapnya dengan lembut dan senang. Aku menepis ke dua tangannya yang mencubiti ke dua pipiku.

 

Perasaan sesak menghamiriku, membuatku kekurangan oksigen selama beberapa saat dan memaksakan untuk membuka mulutku sebagai pengganti alat indra pencium. Mataku juga terasa mulai memanas dan basah.

Aku mengibas-kibaskan ke dua tanganku untuk mencoba menetralkan keadaanku agar tidak menangis lagi.

“Aku dengar, kau berteman baik dengan Kwon Yuri. Apakah issue itu benar?” tanya seseorang, yang tidak ku ketahui keberadaannya. Aku menoleh, mencari sumber suara itu karena ia menyebut namaku dalam pembicaraannya.

“Eh? I-issue apa itu?” jawab seseorang yang sangat familiar ditelingaku. Tanpa sadar, aku menahan napasku dan ke dua mataku tertuju dibalik dinding taman. Perlahan, aku mendekatinya. Perasaan takut menghampiriku.

“Tidak tahu, tapi issue itu beredar cepat dalam sehari semenjak Kwon Yuri berubah.” Jawab suara laki-laki itu lagi.

Hening, tidak ada pembicaraan apapun lagi. Aku menyentuh dinding dan mengintip siapa mereka.

“Yeah, kami teman dekat sejak kecil.” Jawabnya, yang dapat ku lihat bahwa itu KyuHyun. Ia sedang menggenggam bebatuan kecil ditangannya sembari menatap bebatuan itu dengan senyum kecil diwajahnya.

“Benarkah?!” tanya temannya itu lagi tidak percaya sembari tersenyum senang.

KyuHyun mengangguk malu-malu dengan senyum yang tidak bisa ia tahan lagi. “Dia…” ucapnya lalu mengangkat wajahnya sembari menatap laki-laki di depannya, lalu menoleh tepat ke arahku bersembunyi, membuatku terkejut saat mata kami bertemu. “… gadisku.”

Aku menutup mulutku yang terbuka lebar dengan tidak percaya. A-apa.. apa yang baru saja ia katakan?

“Apa?!” tanya temannya tidak percaya.

KyuHyun menatap temannya itu dengan senyuman yakin. “Kwon Yuri adalah gadisku. Mengerti? Kau dekati dia? Maka kau akan mati.” Ucapnya sembari memberikan sebuah smirk khas miliknya dengan dingin.

KyuHyun lalu berjalan pergi meninggalkan temannya yang masih terkejut karena tidak percaya.

Mataku membulat saat ia berjalan ke arah dinding tempat kami bersembunyi, dengan panik apa yang harus ku lakukan, aku bersiap pergi meninggalkan tempat ini. Tetapi, sebuah tangan yang besar dan kokoh mencengkram erat tanganku. Menahanku dan menarik pelan tubuh untuk menghadapnya.

“Dapat.” Ucapnya sembari tersenyum lembut dan menarik tubuhku untuk mendekatinya. “Jangan pergi.” Pintanya, yang membuatku tak mengerti. Baru saja ingin bertanya pada laki-laki menyebalkan ini, tetapi sebuah bibir  mendarat dibibirku, dan melumatnya lembut. Napasku tercekat, mataku membulat kaget, dan jantungku berdebar hebat.

A-apa yang dia lakukan?

***