I Wanna Say “I Love You” [Part 7]


 

i-wanna-say-e2809ci-love-youe2809d

I Wanna Say “I Love You

Bestfriend

Staring by Cho Kyuhyun & Kwon Yuri

Additional Cast by Oh Seunghwan, Victoria Song, SNSD & Super Junior’s member

A song for you is Ali – Hurt | Cho Kyuhyun – Time We Were In Love | tYoon Mirae – I’ll Listen To You What Have To Say**

Inspired by drama The Time We Were Not In Love | Kuch Kuch Hota Hai

Rating for 19+

Genre is Hurt, Fluff, Friendship & Romance

“People may change, but memories don’t.”

“There is haven’t bestfriend relationship between man and women.”

—“But, both of those theory, I wanna break it down.”— Kwon Yura

Please, respect, don’t be stupid, arrogant or anything else.

All Right Reserved © Kwon Yura, 2016.

“Cho Kyuhyuun!” sorak beberapa gadis saat Kyuhyun baru saja menapaki kakinya dikampus. Segerombolan gadis mulai berlari kearahnya dan mengerumuninya saat ini. Yah, seperti biasa. Ini selalu saja terjadi jika dirinya tak sedang bersama Yuri. Tapi mulai saat ini apa pedulinya? Ia bersama Yuri atau tidak, itu bukan hal penting lagi sekarang.

Walaupun sebenarnya ini cukup mengganggunya, tapi mulai hari ini ia akan mencoba menikmatinya. Ini akan menjadi salah satu hobinya sekarang. Kyuhyun sedikit memaksakan diri untuk menyunggingkan senyumnya sembari berjalan menuju kelasnya pagi hari itu.

 

Ditempat lain, Yuri masih mencoba untuk menghubungi Kyuhyun. Ini sudah panggilan ke-4 kalinya dan Kyuhyun masih tidak mengangkatnya. Yuri lalu memutuskan panggilan itu dengan tidak bersemangat sama sekali. Ia menyenderkan kepalanya pada kaca jendela busway yang ia tumpangi. Pikirannya saat ini melayang jauh.

Apa aku sudah keterlaluan terhadap Kyuhyun selama ini?

 

***

 

Yuri melangkahkan kakinya ke dalam kelas dengan tidak begitu bersemangat. Baru saja ia memasuki kelasnya pagi hari itu, sebuah pemandangan menakjubkan telah menantinya. Yuri mematung selama beberapa detik, lalu menyilangkan kedua tangannya, bibirnya sedikit mengerucut melihat pemandangan dihadapannya. “Daebak!” ucapnya pelan, melihat sekumpulan perempuan mengelilingi Kyuhyun dan juga… seseorang dibalik punggung sahabatnya itu, Lee Hyukjae tidaklah berbeda jauh. Ia lalu melanjutkan langkahnya kembali dan menduduki kursi paling depan tanpa ingin merasa terganggu pemandangan dibelakangnya.

“Yuri-ya!” sapa seseorang dengan ceria dan hangat saat melihat temannya itu tengah sendirian dan sibuk dengan gadget.

Yuri menengadahkan wajahnya dan mendapati salah satu sahabatnya itu tengah berlari kecil menghampirinya. “Oh, YoonA-ya.” Balasnya sedikit datar dan cuek. “Kau sudah datang?”

“Apa yang kau lakukan?” tanya YoonA antusias. Dengan segera Yuri menutup layar ponselnya dengan salah satu tangannya.

“Tidak ada, bukan apa-apa.” Jawab Yuri sembari memaksakan sebuah senyuman diwajahnya.

YoonA sedikit mencibir tetapi ia teringat sesuatu. “Kau sudah sarapan? Bagaimana kalau kita ke kantin, hm? Kajja! Aku lapar.” Ucapnya beruntun tanpa menunggu tanggapan dari Yuri, gadis itu langsung menarik lengannya temannya dengan pelan. Membuat Yuri mau tak mau menuruti ajakannya. Lagipula, Yuri juga sedang tidak ingin berada diruang kelas itu.

Menyebalkan. Gerutunya, saat ia telah keluar dari ruang kelas. Jika sudah tau seperti ini, aku tidak perlu repot-repot menunggu si kunyuk itu tadi.

Apa ia bilang? Menikah? Tsk! Lucu sekali. Apa dirinya pikir aku akan melupakannya begitu saja?

Sebuah tangan merangkul leher Yuri dengan lembut dan penuh kasih tanpa bisa gadis itu hindari karena terlalu cepat. Yuri menoleh, menatap pemilik tangan kekar itu dengan tatapan tidak percaya. “Kajja!” ajaknya dengan penuh kharisma.

YoonA menghentikan langkahnya saat Yuri berhenti. YoonA menoleh kebelakang dan melihat pemandangan dihadapannya dengan kening berkerut. Tangan YoonA dan Yuri masih terpaut satu sama lain, tetapi perlahan-lahan genggamannya mengendur. “Ti-dak mungkin…” ucapnya pelan, atau lebih tepatnya ia seperti tengah berbisik.

“Eunhyuk-ah…” panggil Yuri pelan sembari menatap teman lamanya itu dengan tatapan bingung.

“Hm, wae?” sahutnya santai sembari menatap lekat sahabatnya dengan lembut.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Yuri polos. Well, pertanyaan yang cukup bodoh sebenarnya.

“Tidakkah kau melihat apa yang kulakukan? Aku berdiri disini, bersamamu. Kau ingin pergi ke suatu tempatkan? Lagipula aku bosan berada didalam kelas. Mereka berisik sekali.” Balas Eunhyuk santai tanpa ada keinginan melepaskan rangkulannya.

“Hyukjae-ah!” sapa YoonA ramah, membuat sepasang sahabat itu tersadar—bahwa mereka sedang tidak berdua saja—dan menoleh .

Eunhyuk hanya tersenyum singkat melihat perempuan dihadapannya tanpa ada keinginan untuk mengenal lebih jauh atau bertukar cakap, lalu kembali menatap sahabatnya. “Kajja!” ajak Eunhyuk sembari sedikit menarik tubuh gadis itu untuk mengikutinya, meninggalkan YoonA yang masih terdiam mematung.

“Yaa, Lee Hyukjae-ssi!” protes Yuri tak terima sembari mencoba melepaskan dirinya dari rangkulan tersebut. “Lepaskan aku!”

“Apa-apaan ini? Kenapa mereka mengabaikanku?” gumam YoonA tak terima. “Yaa, ayo pergi bersama!” pintanya pada dua orang yang berjalan lebih dulu darinya.

 

***

 

Mereka bertiga duduk dikafetaria sembari menikmati makanan, kecuali Yuri. Ia hanya meminum jus stroberinya dengan pikiran melayang. YoonA memasukkan makanannya dengan lahap ke dalam mulutnya, begitu pula dengan Eunhyuk yang masih menikmati makanannya. Tidak ada yang memperhatikan atau bahkan sekedar melihatpun tidak.

“ Oh ya, Yul.” Ucap YoonA ketika teringat sesuatu, sedangkan temannya itu hanya diam. “Bagaimana keadaanmu hari ini? Waktu itu kau sempat tidak masukkan.”

Seketika Yuri teringat sesuatu. Kejadian malam itu, dimana Siwon melakukan hal buruk padanya. “Hm, aku baik-baik saja.” Balasnya singkat.

“Apa kau sakit?” tanya Eunhyuk kemudian sembari menatap Yuri khawatir dengan sendok penuh makanan ditangannya. Yuri mengangguk pelan untuk membalasnya. “Kau sakit apa?” tanyanya lagi lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Hanya… demam biasa saja.” Bohongnya, sebuah senyum paksa tersungging diwajahnya.

Eunhyuk mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, lalu kembali melanjutkan makanannya.

YoonA menatap mereka berdua dengan tatapan penuh selidik sembari berpikir. Memikirkan sesuatu hal yang mungkin saja terjadi diantara mereka berdua. “Omong-omong, Yul.” Ucap YoonA, memecahkan keheningan yang baru saja ingin menyergap mereka. Yuri kembali menolehkan kepalanya dan menatap YoonA. Entah mengapa ia baru menyadari bahwa YoonA banyak bicara. “Apa Kyuhyun menjengukmu ketika kau sakit waktu itu?” tanyanya santai, membuat Yuri tanpa sadar mematung  dan menahan napasnya selama beberapa saat. “Waktu itu aku sempat bertemu dan berbicara dengannya. Sepertinya Kyuhyun sangat mengkhawatirkanmu sekali, Yuri-ya.” Lanjutnya, lalu dengan cepat ia menegakkan tubuh dan kepalanya dalam satu kali gerakan. “Oh ya, dimana Kyuhyun? Ia tidak ikut bersama kita?” tanyanya lagi dengan antusias, lalu seketika kedua matanya menyipit. “Apakah… kau dan Kyuhyun sedang bertengkar saat ini, huh? Aku lihat tadi ia dikerumuni para perempuan dikelas. Jadi aku benarkan? Kalian bertengkar, hm hm hm?”

Yuri mendengus kesal. “Entahlah. Aku tidak tau.” Jawab Yuri dingin dan datar.

YoonA mencibir mendengar jawaban yang Yuri lontarkan. “Tetapi, bagus sekali! Aku suka, aku suka.” Sahutnya antusias dan ceria. “Kebutulan, aku butuh bantuan Kyuhyun hari ini. Jadi, untuk sementara waktu aku pinjam Kyuhyun dulu, bolehkan?”

Yuri mendengus sebal sembari melirik YoonA. “Terserah kau sajalah.” Sahutnya kesal. “Tch! Mana ada seorang teman yang senang melihat sahabatnya bertengkar? Teman macam apa kau ini?” gurau Yuri pura-pura kesal, lalu ia tertawa pelan setelahnya.

“Yaa, kaliankan sudah terlalu sering bersama. Lagipula, aku dan Kyuhyun jarang bersama akhir-akhir ini.” Cibir YoonA pura-pura tak terima. Begitulah pertemanan yang terjalin antara Yoona dan Yuri. Keduanya saling mengerti dan menyemangati satu sama lain. Tidak ada kebohongan diantara mereka. Tetapi, entah mengapa Kyuhyun berpikir sebaliknya.

Sedangkan Eunhyuk hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan sembari menikmati makanannya. Ia tidak ingin terlibat percakapan antara perempuan. Ia tidak mau, dan tidak akan pernah.

“Yaa, Lee Hyukjae!” panggil YoonA sambil mendaratkan sendoknya tepat dikepala laki-laki itu. “Kenapa kau diam saja, huh? Apa kau pikir kami ini angin lalu bagimu? Lagipula, kenapa kau tidak mengajakku bicara? Kenapa hanya Yuri saja, huh?” omel YoonA tanpa jeda, Yuri hanya tertawa geli melihat YoonA dan wajah tak terima dari Eunhyuk.

“Yaa, ada apa denganmu, huh? Kenapa kau memukul kepalaku keras sekali? Memangnya apa yang harus aku lakukan? Kalian saja bicara terus tanpa aku mengerti membicarakan apa? Aku kan masih baru disini. Lalu kenapa kau menyalahkan aku, huh?” protesnya tak terima sembari mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit. Pertarungan adu mulut itu berlangsung sampai pukul setengah delapan lewat lima, dimana mereka harus bergegas masuk kelas jika tidak ingin mendapat ‘hadiah’ dari Profesor Ahn.

 

***

 

Selama pengajaran berlangsung, jujur saja Yuri tidak bisa sepenuhnya konsetrasi dengan baik. Kepalanya kembali pening dan rasa sakit dipunggungnya membuatnya meringis pelan karena ngilu. Sudah tiga hari dari kejadian itu, tetapi tetap saja rasa sakit itu masih membekas ditubuhnya.

YoonA sesekali melirik ke arah Yuri yang terlihat sedikit cemas dan tak tenang. Ia sebenarnya sudah memperhatikan temannya itu sedari tadi, hanya saja ia tidak ingin menganggapnya serius karena bagaiamanapun juga Yuri terlihat biasa saja. Seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Yaa!” panggil YoonA setengah berbisik pada gadis yang tengah mencatat poin penting yang dikatakan Profesor Im.

Yuri menoleh dan mengangkat alisnya. “Hm?” sahutnya cuek.

“Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat seperti orang sakit.” Tanyanya khawatir.

“Apa maksudmu? Aku baik-baik saja, YoonA-ya. Jangan khawatir.” Balas Yuri dengan tenang dan santai sembari memaksakan sebuah senyuman diwajahnya.

“Baiklah, terserah kau saja.” Sahut YoonA lalu kembali memperhatikan penjelasan Profesor Im. Begitu juga dengan Yuri, ia mencoba kembali untuk tetap fokus dan menahan rasa sakit ditubuhnya.

Sepasang mata yang berada pojok diatas sana tengah memperhatikan Yuri sedaritadi. Sejujurnya ia sama seperti Yuri, hanya saja pikirannya kini sedang tidak berada didalam kelas. Ia teringat kejadian beberapa hari lalu, saat Yuri pergi begitu saja meninggalkannya. Ia tau, sangat tau. Mengatakan dirinya akan menikah pada sahabatnya itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena dirinya juga sadar, ia masih belum dapat menentukan pilihan hatinya. Antara Seohyun atau Victoria, bukanlah pilihan yang mudah untuk diputuskan. Karena keduanya saling mengisi ruang kosong dihatinya. Tetapi, perkataan Yuri tetap saja menghantui benaknya.

“Kau yakin dengan mereka berdua? Kau yakin pilihanmu jatuh diantara mereka berdua?” tanyanya sembari menatap lekat Kyuhyun dengan nada bicara serius.

“Tentu saja. Selain mereka berdua, aku sudah tak menginginkan yang lain.” Jawab Kyuhyun sembari setengah duduk dihadapan Yuri, sedangkan sahabatnya itu duduk disofa. Mereka baru saja kembali dari pesta pernikahan yang diadakan teman kuliah keduanya, dan saat ini tengah berada ditempat rahasia mereka berdua—atap apartement Kyuhyun dengan fasilitas yang cukup nyaman.

“Kau… tidak ingin mencoba mencari yang lain? Tidak, maksudku… ah, benar-benar membuatku gila!” kesal Yuri sendiri, kedua matanya sedikit memerah dan basah. Ia sungguh tidak tau cara mengatakan pendapatnya.

 Kyuhyun tidak dapat melihat Yuri dengan baik karena cahaya lampu ruangan itu sedikit redup. Yuri kembali menatap Kyuhyun dengan kesal dan tak tahan lagi. “Aku tidak tau mengapa? Tapi aku rasa keduanya terlalu baik untukmu!” lanjutnya sedikit emosi.

“Apa kau merasa seperti itu karena ini berhubungan dengan kecemasan dan ketakutanmu? Trauma pada perselingkuhan atau pengkhianatan dan ketidakjujuran?” tanya Kyuhyun penuh hati-hati dan takut. Ia takut menyakiti perasaan sahabatnya itu.

Yuri menatap tajam kearah Kyuhyun. Ia benar-benar kesal melihat dan berbicara dengan Kyuhyun. “Yaaa!” seru Yuri setengah berteriak kesal, sedangkan Kyuhyun sendiri hanya bisa terlonjak kaget kebelakang saat mendengar teriakan gadis itu.

 

Kyuhyun menghela napas panjang dan dalam. Ini membuat kepalanya terasa sakit. Sial, tau begini aku tidak akan pernah menyinggung soal pernikahan padanya.

 

***

 

Jam perkuliahan telah berakhir dan waktu sudah menunjukkan sore hari ketika Yuri melihat keluar jendela. Gadis itu baru saja merapihkan barang-barangnya ke dalam tas, tetapi sebuah tangan yang lain diatas meja miliknya membuatnya berhenti dan menatap sang pemilik. “Bisa kita bicara sebentar?” pintanya canggung sembari memaksakan sebuah senyuman diwajah tampannya.

“Siwon-ssi.” Panggil Yuri pelan. “Ada apa?” tanyanya sembari merapikan kertas file miliknya.

Siwon menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “A-ani…” sahutnya canggung. “Hanya saja… Hm, apa kau baik-baik saja? Bagaimana keadaanmu? Apa punggungmu terluka parah? Bagaimana bagian belakang kepalamu? Apa ada cedera atau sesuatu yang salah? Dan juga… lehermu? Apa masih terasa sakit?” ungkapnya pada akhirnya dengan beruntun.

Yuri menatap sekilas ke arah Siwon, lalu kembali fokus pada tasnya. Ia menyelampirkan tasnya dibahu dan hendak keluar dari tempatnya berdiri. “Menurutmu?” tanya Yuri singkat dan dingin. “Jika tidak ada yang ingin dikatakan, aku pergi.” Lanjutnya tanpa merubah nada dan gaya bicaranya yang datar dan dingin, juga sedikit angkuh tentunya. Tidak ada nada bicara yang biasa ia lontarkan setiap harinya.

“Yuri, tunggu.” Pinta Siwon sembari mecegat jalan gadis itu dengan tubuhnya. Ia berdiri tepat di depan gadis itu. “A-aku benar-benar menyesal. Tidak bisakah kau memaafkan aku?”

“Minggir.” Titah Yuri dingin sembari menatap tajam Siwon.

“Dengarkan aku dulu!” pinta Siwon sembari ingin menggapai tangan Yuri, namun gadis itu lebih dulu menghindar dan berjalan mundur.

“Jangan pernah sentuh aku lagi!” peringatnya marah.

“Yuri—” belum juga Siwon dapat menyelesaikan kalimat frustasinya, seseorang lebih dulu menyela.

“Apa maksudmu dengan punggung, cedera kepala, dan leher?” suara itu terdengar sangat dingin dan menusuk hingga ketulang. Ada rasa ketakutan dan tak menyenangkan yang masuk ke dalam hati Yuri. Baik Yuri maupun Siwon, saling menoleh ke asal sumber suara dengan gerakan lambat. Sungguh, diantara keduanya tidak ingin orang ini tau atau ikut campur. Yuri hanya bisa memejamkan kedua matanya dalam-dalam sembari menggigit bibir bawahnya pelan. “Aduh!” erangnya pelan dan sedikit frustasi. Bagaimana ia menjelaskan keadaannya saat ini?

Kyuhyun saat ini tengah berdiri tak jauh dari keduanya dengan rasa keingintahuan yang luar biasa dan tatapan menusuk darinya. Ia berjalan mendekat dengan langkah kaki lebar dan panjang, sembari menyunggingkan senyum mautnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ketakutan saat melihatnya. “Jadi, apa yang sedang kalian bicarakan, huh?” tanyanya sekali lagi. Kyuhyun menepuk-nepuk bahu Siwon dengan sedikit keras. “Yaa, ayo beri tahu aku! Apa maksud ucapanmu, Siwon-ssi?” ulangnya sekali lagi dengan nada tak kalah menakutkan dari sebelumnya.

“Kyuhyun-ah, aku yang akan menjelaskan…” ucap Yuri sembari menyentuh salah satu lengan Kyuhyun yang sedang dimasukkan ke dalam saku celana.

Kyuhyun menatap Yuri tajam dan penuh amarah. “Apa yang akan kau jelaskan? Kebohongan apa lagi yang akan kau katakan padaku sekarang ini, nona Kwon?” Sungguh, ketika Kyuhyun sedang marah itu sangatlah menakutkan bagi Yuri.

Siwon menghela napas berat sembari mencoba menatap Kyuhyun karena sedaritadi ia hanya bisa menundukkan wajahnya. Ia sebagai laki-lakipun sangat takut melihat ekspresi Kyuhyun saat ini. “Kyuhyun-ssi, itu… aku hanya…” ucap Siwon terbata dan tak tau apalagi yang harus ia katakan pada laki-laki itu. Kyuhyun menoleh dan kembali menepuk-nepuk bahu Siwon.

“Oh, apa yang ingin coba kau katakan? Katakan saja, jangan membuatku semakin menunggu dan penasaran.” Entah ini sebuah ucapan atau peringatan, yang jelas ini benar-benar tidak akan bernasib baik untuk Siwon dan Yuri.

Yuri semakin mempererat dekapannya pada lengan Kyuhyun dan sedikit menahan tubuh sahabatnya itu. Wajah gadis itu sedikit tertunduk dan ia benar-benar merasa takut saat ini. Bagaimana jika Kyuhyun lepas kendali?

Malhae (beri tahu aku)!” gertak Kyuhyun tak sabar lagi.

Siwon hanya bisa tergagap melihat Kyuhyun. Ia tak tau bagaimana dan apa yang akan dikatakannya pada Kyuhyun. “Wak-tu itu… aku tak sengaja mendorong Yuri ke dinding lorong dan mencekiknya—” Jelas Siwon sembari menutup kedua matanya. Ia tak sanggup melihat Kyuhyun saat ini.

“A-APA!” seru Kyuhyun tak percaya dan penuh emosi.

“Ke-kejadian itu terjadi begitu saja. Sungguh! A-aku tidak melakukan apapun lagi setelah itu, a-aku…” belum juga Siwon menyelesaikan kalimatnya, sebuah pukulan keras mendarat dengan mulus diwajahnya hingga ia jatuh tersungkur. Dan Yuri berteriak ketakutan saat pukulan itu terjadi. Kyuhyun melepaskan lengannya dari dekapan Yuri dengan paksa dan kasar. Ia benar-benar emosi saat ini. Kyuhyun benar-benar marah. Ia berjalan menghampiri Siwon dan menarik kerah kemeja milik laki-laki itu dengan kuat, lalu melayangkan kembali tinjunya selama beberapa kali. Dan Siwon pun membalas karena tak terima. Aksi pukul-memukul itu terjadi selama beberapa detik, hingga Yuri berlari kesisi Kyuhyun dan mencoba menghentikan perkelahian diantara keduanya. Ia melihat sesuatu berbentuk kental, berwarna merah pekat dan berbau anyir, keluar dari keduanya.

Da-rah. Da-ra-h. DARAH.

“Kyuhyun, hentikan!” pinta Yuri mencoba menahan tangan Kyuhyun yang terkepal kuat dan siap melayangkan kembali ke wajah maupun tubuh Siwon. Yuri kembali berteriak saat Kyuhyun berhasil melayangkan tinjunya.

Sungguh, Kyuhyun tidak akan pernah memaafkan ini. Ia tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang berani menyakiti Yuri.

“CHO KYUHYUN, JEBAL KEUMANHAE!” pinta Yuri memohon karena sudah tidak kuat lagi melihat wajah Siwon dan tangan Kyuhyun yang penuh darah. Gadis itu terisak dan sesekali sesenggukan sembari mencoba menahan lengan Kyuhyun.

Mendengar suara isakan dan tangis Yuri seperti itu, membuat tubuh Kyuhyun membeku dan sulit untuk digerakan. Pikirannya kembali jernih kali ini. Ia perlahan-lahan mengendurkan genggamannya dikerah Siwon dan mulai menurunkan tangannya yang terkepal. Kyuhyun mendorong tubuh Siwon dengan sedikit kasar hingga hampir saja laki-laki itu kembali tersungkur dilantai jika saja dirinya sendiri tidak menjaga keseimbangannya. Alih-alih tersungkur dilantai, Siwon hanya mundur beberapa langkah dari tempatnya tadi.

Yuri perlahan-lahan melepaskan genggamannya dari lengan Kyuhyun. Wajahnya tertunduk dan tubuhnya sedikit bergetar. Entah mengapa tubuhnya terasa lemas saat ini, sepertinya ia tidak memiliki tenaga lebih kali ini. Walau hanya untuk berdiri saja, ia tidak terlalu mampu melakukannya.

Kyuhyun menghela napas panjang dan dalam, melihat sahabatnya seperti itu. Ia melepaskan tas yang Yuri sampirkan dibahunya, lalu ia menyelampirkan dibahunya. Kyuhyun membalik tubuhnya dan sedikit berjongkok dihadapan Yuri. Ia sangat tau, sahabatnya itu pasti sangat terkejut melihat kejadian tadi. Ditambah lagi ia melihat darah segar, tenaganya itu pasti sudah habis dan tidak mampu melakukan apapun selain menangis.

Yuri masih diam ditempatnya, ia masih terlalu kaget dan tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Kyuhyun menolehkan wajahnya, menatap Yuri sesaat, lalu menggapai tangan gadis itu dan sedikit menariknya lembut agar memudahkan dirinya untuk menggendong.

 

***

 

Kyuhyun melangkahkan kedua kakinya dengan santai dan ringan. Tidak ingin mengganggu seseorang yang masih terisak dipunggungnya. Ia melewati sekerumunan orang yang berlalu-lalang dijalanan sekitar Gangnam. Beberapa pasang mata yang ia lewati, memang menatap kearah mereka berdua dengan tatapan iri maupun tak suka. Tapi, itu tidak masalah untuknya. Ia sama sekali tidak memusingkan apa yang ada dipikiran orang-orang tersebut.

Yuri mempererat rangkulannya dileher Kyuhyun, membuat laki-laki itu tersenyum senang tanpa sadar. Ini merupakan salah satu tanda bahwa sahabatnya itu kini sudah merasa lebih baikkan dan tidak ingin ditinggalkan sendiri. Boleh dibilang, Yuri sedikit mencari perhatian pada Kyuhyun.

“Kyuhyun-ah…” panggil Yuri dengan suara serak akibat menangis dari kampus hingga jalan menuju rumah mereka.

“Ada apa, Kwon Yuri?” sahut Kyuhyun lembut, tanpa bisa menahan sebuah senyuman dibibirnya. Kyuhyun… tersenyum sangat manis.

“Maafkan aku… maafkan aku… aku benar-benar minta maaf.” Sesal Yuri sepenuh hati. Ia mempererat dekapannya dileher sahabatnya itu.

Ara. Aku tau, Kwon Yuri. Aku tau kau sengaja tak memberitahuku agar tidak melakukan kesalahan seperti tadi.” Sahut Kyuhyun lembut dan tenang. Ya Tuhan, Kyuhyun benar-benar berubah. Walau memang ia selalu berubah setiap Yuri berada didekatnya. Ia menjadi lebih bijak dan hangat lagi.

“Kau tidak marah padaku?” tanya Yuri polos sembari menyembulkan wajahnya dan berusaha melihat raut wajah Kyuhyun saat ini. Walau sepertinya sia-sia saja ia melakukannya.

“Marah.” Balas Kyuhyun singkat, tetapi tetap tenang dan santai. Bahkan dalam nada suaranyapun tidak terdeteksi adanya kemarahan disana.

“Lalu?” tuntut Yuri sembari memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat ekspresi Kyuhyun. Gadis itu benar-benar mencoba berusaha melihat raut wajah sahabatnya saat ini.

Kyuhyun tersenyum lembut. “Kau takkan bisa menahan amarahmu terlalu lama pada orang yang kau sayang, Kwon Yuri.” Jelas Kyuhyun jujur.

Yuri menganggukkan kepalanya pelan. “Jadi, kau menyayangiku?” gurau Yuri santai tetapi antusias.

Kyuhyun kembali tertawa simpul. “Apa-apaan ini?” protesnya pelan. Tetapi tidak ada hal yang menggambarkan bahwa Kyuhyun tengah memprotes atau tidak menerima pertanyaan Yuri. Pria itu justru tertawa pelan menanggapi pertanyaan Yuri barusan. “Apakah pertanyaan ini perlu dijawab?”

“Sudah jawab saja.” Pintanya manja, sembari bertingkah seperti anak kecil yang tengah meminta sesuatu pada orang tuanya.

Kyuhyun kembali tertawa pelan saat mendapati tingkah Yuri seperti itu. Walau ini bukan kali pertama Yuri melakukannya, tetapi tetap saja hal itu selalu berhasil membuat Kyuhyun merasa senang dan terus ingin menjaganya. Juga… memperhatikannya setiap saatnya.

“Bukankah ini semua sudah jelas, Kwon Yuri?” sahut Kyuhyun. Yuri sedikit memiringkan wajahnya dan mendekatkan dagunya dengan salah satu pipi Kyuhyun, menanti-nantikan apa yang akan dikatakan sahabatnya itu lagi. “Aku menyayangimu, Kwon Yuri-ssi.” Lanjut Kyuhyun, terdengar jujur dan tulus saat mengatakannya.

Yuri terdiam saat mendengar kata-kata itu. Entah mengapa tubuhnya seketika menjadi hangat dan bertenaga. Pipinya terasa sedikit merona merah dan terbakar saat ini. Sebuah senyum senang tersungging diwajahnya. Senyum bahagia terpancar begitu saja diwajah cantiknya itu. “Aku juga menyayangimu, temanku.” Balas Yuri bermaksud membenarkan, dengan ceria dan antusias.

Kyuhyun hanya tertawa geli saat mendengar Yuri mengatakan hal itu. Keduanya saling tertawa bahagia saat mendengar pengakuan masing-masing.

“Aku mencintaimu, Kwon Yuri, sahabatku.” Ucap Kyuhyun tulus dan jujur, diiringi sebuah senyuman yang tak pernah lepas dari kedua sudut bibirnya.

“Aku juga sangat-sangat menyayangimu sahabatku, Cho Kyuhyun.” Balas Yuri tak mau kalah. Dan keduanya, kembali tertawa bersama mendengar hal yang tak pernah mereka ungkapkan sebelumnya, mendengar perkataan konyol dan tak masuk akal, dan mendengarkan isi ungkapan hati mereka.

 

***

 

Kyuhyun menatap Yuri dengan kedua mata yang sengaja disipitkan dan tangan tersilang di depan dada. Sedangkan Yuri tak kalah beda jauh dengan apa yang dilakukan Kyuhyun. “Ingat, kau harus menjaga kondisimu dengan baik seperti yang tadi dokter itu katakan. Mengerti?” ucap Kyuhyun mengingatkan saat mereka telah sampai didepan pintu pagar rumah Yuri.

Gadis itu menganggukkan pelan kepalanya dan menyunggingkan senyum lebar diwajahnya. “Arraseo, Kaptain!” gurau Yuri. Sungguh, jika saja mereka bukanlah seorang sahabat melainkan sepasang kekasih, akan lebih baik dan cocok untuk mereka.

Kyuhyun tersenyum, lalu mengelus-elus pucuk kepala Yuri dengan lembut dan penuh kasih. “Masuklah ke dalam. Aku ingin memastikan kau benar-benar aman sekarang.” Ucap Kyuhyun sembari menginstruksi dengan dagunya.

Yuri mengangguk pelan dan mematuhi ucapan Kyuhyun dengan senyum manis diwajahnya. “Nee!” sahutnya. Dan Yuri pun masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh kearah Kyuhyun lagi.

Kyuhyun menghela napas lega dengan senyuman diwajahnya. Entah mengapa ia benar-benar merasa lega sekali hari ini. Setidaknya, walau ia memang marah dan kesal pada sahabatnya itu, tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa kejadian itu merupakan salah satu salahnya. Ia yang selalu meminta Yuri untuk kembali pada Siwon, karena dirinya berpikir bahwa ialah penyebab mereka berdua berpisah. Dan pada saat kejadian itu, dirinya justru sibuk dengan perempuan lain.

Ia tau. Sangat tau. Walau ini tidaklah sepenuhnya salahnya, tetapi ia benar-benar merasa menyesal karena tidak bisa menjaga sahabatnya itu dengan baik. Kyuhyun masih terdiam ditempatnya, ia menatap jendela kamar Yuri dengan berharap akan satu hal. Atau jika boleh, ia ingin berharap banyak hal. Tetapi, sepertinya satu untuk saat ini sudah cukup. Ya, sudah cukup.

Yuri-ya, aku selalu berharap kau akan baik-baik saja setiap saatnya.

 

***

 

Seminggu sudah berlalu begitu saja, dan saat ini Yuri sedang sibuk-sibuknya untuk memikirkan maupun menyusun skripsi untuk semester berikutnya. Disinilah dirinya berada sekarang, perpustakaan. Ia tengah membaca beberapa buku yang dirasakannya dapat membantu skripsinya nanti.

Sudah hampir 1 jam ia berada disana sendirian, tanpa ada seseorang menemaninya. Walau sebenarnya ia sedikit merasa bosan, tetapi ia mencoba menahannya. Menahan dirinya untuk berlari menghambur keluar menemui seseorang.

Suara getar dari ponselnya membuatnya sedikit tersentak dan langsung menoleh ke benda tersebut. Ia meraihnya, membaca sebuah nama dilayar, dan  sedikit menimang-nimang. Apa ia harus mengangkatnya?

Yuri menghela napas panjang sebelum ia memberanikan diri untuk menekan tombol hijau dilayar, dan menempelkan benda tersebut ke telinganya. “Ya, halo?” sapanya dengan sedikit canggung.

“Yuri-ssi, kau dimana sekarang? Aku ingin bertemu.” sahut seseorang disebrang sana dengan santai dan hati berbunga-bunga. Kening Yuri sedikit mengernyit saat mendengar nada suara pria itu.

Ada apa dengannya? Aneh.

 

***

 

Entah sudah berapa lama waktu bergulir saat ini. Keduanya masih saling antusias menatap satu sama lain. Kyuhyun berbicara terus sedari tadi tanpa henti atau mengurangi raut wajah dan rasa bahagianya saat ini. Sedangkan Yuri, mendengarkan setiap kata yang diucapkan sahabatnya itu dengan tenang dan senyum bahagia tersungging dibibirnya.

Kedua orang tua Kyuhyun akan kembali ke Korea minggu depan, dan hal yang membuatnya paling bahagia adalah… ia diterima oleh salah satu agensi ternama se-Korea untuk menjadi salah satu traineenya.

“Yurii!” panggilnya antusias, sembari menggenggam jemari tangan sahabatnya itu dan menatapnya bahagia. “Aku pasti akan menggapai impianku kali ini.” Lanjutnya, ia sedikit meremas tangan Yuri dengan lembut.

Yuri tersenyum bahagia mendengar perkataan sahabatnya itu. Impian. Kyuhyun hampir berhasil menggapai impiannya selama ini. “Chukhae, Kyuhyun-ssi! Aku turut senang mendengarnya.”

Kyuhyun kembali menyunggingkan senyum bahagianya dengan lebar, mempererat genggaman tangannya, dan mendekatkan genggaman tangan Yuri ke dada—atau lebih tepatnya ke jantungnya berdetak.

Baginya, ini adalah moment yang tepat untuk saat ini dan selamanya. Ia berjanji untuk tidak akan pernah melupakannya. Demi apapun, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini.

Bagaimana cara Yuri tersenyum, bagaiamana cara Yuri menatapnya, bagaiamana cara Yuri memanggil namanya, bagaimana cara Yuri menyemangati dirinya, dan yang terpenting adalah bagaimana Yuri selalu berada disisinya selama ini. Selalu berada disisinya saat dirinya dalam keadaan apapun, entah sedih atau sendiri, hanya gadis itulah yang datang padanya, mengulurkan tangannya, dan selalu berhasil menemukannya dimanapun ia berada. Ya, hanya gadis itu saja. Hanya Yuri seorang.

 

***

 

Angin malam berhembus sepoi-sepoi, menerpa wajah dan sedikit menari-narikan rambut Yuri. Gadis itu sedang dalam perjalan menuju kafe kesukaannya dengan Tiffany jika mereka ingin bertemu. Hembusan angin yang sebentar lagi memasuki musim dingin membuat tubuh gadis itu sedikit menggigil hingga merapatkan mantel miliknya.

Ponsel Yuri bergetar pelan, membuatnya tersadar dan segera mengambil benda itu didalam tas yang ia sampirkan dibahu. Tiffany Hwang. Nama itu muncul dilayar ponsel miliknya. Yuri segera menekan tombol hijau dan menempelkan benda itu dekat telinga.

“Halo, Tiffany-ssi? Ya, aku sebentar lagi tiba. Apa kau sudah tiba lebih dulu?” sahut Yuri ditelepon. “Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya.” Putusnya, lalu kembali melangkahkan kedua kakinya.

Entah mengapa pikirannya sedikit terganggu saat ini. Ia sendiri saja tidak tau hal apa yang membuatnya sedikit terganggu sejak siang tadi tepatnya setelah bertemu Kyuhyun. Kyuhyun? Cho Kyuhyun? Dia…? Ah, ada apa dengannya? Mengapa pikiranku terganggu dengan Kyuhyun? Gumam Yuri dalam hati.

Yuri memasuki kafe bergaya klasik itu dengan langkah berat dan pikiran melayang-layang. Aku harap semoga Kyuhyun baik-baik saja, pintanya dalam hati sembari menatap sekelilingnya mencari sosok yang ingin ditemuinya malam ini. Sebuah suara dan lambaian ringan, berhasil mengalihkan perhatian Yuri dan tanpa menunggu lebih lama lagi gadis itu menghampiri sahabatnya itu.

 

***

 

Kyuhyun baru saja selesai memakirkan mobilnya di halaman rumah Victoria yang berada di daerah Gangnam. Ia turun dari mobilnya dengan langkah kaki ringan dan rasa bahagia yang terlihat jelas dari raut wajahnya. Ia masih tidak bisa menyembunyikan atau bersikap biasa saja tentang kembalinya kedua orangtuanya dari Roma, dan terlebih lagi ia diterima oleh salah satu agensi ternama. Menjadi seorang penyanyi adalah salah satu impiannya dari dulu hingga sekarang. Ia berlari kecil menaiki anak tangga halaman rumah kekasihnya itu, membuka pintu rumah Victoria tanpa mengetuknya lebih dulu, dan baru saja ia ingin berjalan masuk ke dalam tetapi sudah disambut dengan pandangan yang tidak menyenangkan.

Victoria Song tengah berciuman dengan laki-laki lain dengan begitu mesranya. Kyuhyun mematung dan membeku ditempatnya. Sungguh, ia bahkan tidak pernah membayangkan atau berpikir Victoria akan tega melakukan ini dengannya. Kyuhyun tertawa keras dan sinis, lalu membalikkan tubuhnya tanpa ingin mengganggu atau berlama-lama lagi berada ditempat itu.

Sungguh, ia ingin marah tetapi dijauh dilubuk hatinya ia merasa lega. Lega akhirnya ia bisa terlepas dan memiliki alasan untuk menjauhi perempuan itu. Kyuhyun masuk ke dalam mobilnya lalu mengemudikannya dengan kecepatan tinggi. Ia sedikit merasa emosi saat ini. Dan membiarkan rasa emosinya itu membawa pergi ke suatu tempat yang entah dirinya sendiripun tidak tau kemana.

 

***

 

“Dimana kau sekarang?” pertanyaan itu keluar begitu saja tanpa basa-basi terlebih dahulu ketika sambungan terhubung.

Seorang gadis disebrang sana sedikit mengernyit bingung, namun tetap ia jawab pertanyaan itu dengan santai. “Diluar. Kenapa kau menanyakannya?”

Ania, hanya saja…” Kyuhyun berdeham pelan sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku ingin melihatmu. Bolehkah kita bertemu?” lanjutnya sedikit canggung sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

“Hm…” Yuri berpikir sesaat sebelum menjawab permintaan Kyuhyun. “Begini, sebenarnya aku… sedang diluar bersama dengan seseorang.” Balas Yuri pelan dan merasa tak enak.

Tiffany menatap Yuri dengan senyum jahilnya. “Siapa itu?” tanyanya setengah berbisik di depan wajah Yuri. Yuri hanya mengibas-kibaskan tangannya seolah memberi isyarat, ‘bukan siapa-siapa’.

“Siapa? Apa kau sedang kencan buta sekarang?” tanya Kyuhyun sedikit mengernyitkan keningnya, mencoba menebak-nebak dengan siapa Yuri saat ini?

“Eish! Kau ini. Aku sedang tidak berkencan dengan siapapun.” Balas Yuri sembari menggelengkan kepalanya pelan.

“Syukurlah. Kalau begitu aku akan tiba disana kurang lebih sepuluh menit lagi.” Sahut Kyuhyun santai dan tak memedulikan kebingungan Yuri saat ia mengatakannya.

Mworago? Yaa—” shock Yuri dengan bibir berbentuk bulat sempurna, tetapi belum juga ia sempat menyelesaikan kalimatnya, nada sambungan terputus terdengar. “Aish jinjaa!” protesnya sembari menatap layar ponsel ditangannya.

Tiffany menatap Yuri dengan kedua mata berbinar-binar dan bertanya. “Apa katanya? Apakah Kyuhyun akan ke sini?” godanya.

“Entahlah. Siapa juga yang peduli dia datang atau tidak?” sahut Yuri tidak peduli sembari meletakkan ponselnya diatas meja.

Wae? Apa kau merasa kesal padanya?” tanyanya lagi penuh selidik.

Yuri mengendikkan kedua bahunya dengan santai. “Dia memang selalu seperti itu. Melakukan sesukanya padaku.”

“Melakukan apa?”

“Hm? Seperti datang dan pergi sesukanya, mengabariku sesukanya, dan menemuiku sesukanya. Yah, semacam seperti itulah.” Jawab Yuri sembari mengingat-ingat sikap Kyuhyun padanya.

“Apa itu mengganggumu?” tanya Tiffany hati-hati.

“Terkadang itu sangat mengganggu, jika saja aku tidak ingat bahwa ia adalah sahabatku. Mungkin aku sudah menjitak kepalanya dengan sangat keras.”

Disalah satu sudut bibir Tiffany sedikit tertarik ke atas. “Aku harap kau dan Kyuhyun bisa bersahabat selamanya.” Ucapnya dengan tulus dan penuh harap.

“Tentu saja. Aku harap kami bisa menjaga persahabatan ini selamanya.” Sahut Yuri antusias.

“Ah, ya.” Ucap Tiffany, ia teringat sesuatu seketika. “Bagaimana Kyuhyun dengan Victoria kekasihnya itu?”

Yuri berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali perkataan yang Kyuhyun ucapkan padanya. “Sejauh yang aku tau, mereka baik-baik saja. Dan setau ku, Kyuhyun semakin menyayangi Victoria.”

Tiffany tersenyum dan terlihat lega saat mendengarnya. Ia berharap, semoga apa yang dikatakan Yuri adalah kenyataannya. “Aku turut senang mendengarnya, Yuri-“Ah, ya.” Ucap Tiffany, ia teringat sesuatu seketika. “Bagaimana Kyuhyun dengan Victoria kekasihnya itu?”

Yuri berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali perkataan yang Kyuhyun ucapkan padanya. “Sejauh yang aku tau, mereka baik-baik saja. Dan setau ku, Kyuhyun semakin menyayangi Victoria.”

Tiffany tersenyum dan terlihat lega saat mendengarnya. Ia berharap, semoga apa yang dikatakan Yuri adalah kenyataannya. “Aku turut senang mendengarnya, Yuri-ya.”

“Kenapa kau menannyakannya?” tanya Yuri tak mengerti. Karena biasanya Tiffany tidak tertarik mengenai hubungan Kyuhyun dengan para kekasihnya.

“Tidak. Aku hanya ingin menannyakannya saja.” Balas Tiffany singkat.

Yuri menganggukkan kepalanya pelan dengan tatapan kosong ke bawah. Entah, rasanya saat ini terasa kosong dan hampa. Jangan tanyakan kenapa, karena Yuri sendiri juga tidak tau jawabannya.

Suara bisingan dan mic membuat siapa saja yang berada dikafe itu menoleh ke atas panggung—termasuk Yuri yang sedari tadi hanya memainkan jari telunjuknya di atas cangkir kopi beberapa menit lalu. “Tes! Tes! Perhatian semuanya!” ucap seorang laki-laki asing berbicara di atas panggung. “Karena hari ini adalah hari istimewa untuk saya dan kekasih saya, juga untuk pasangan kekasih lainnya, maka saya akan mempersembahkan sebuah lagu untuk kita semua.”

Selanjutnya, suara petikan gitar mulai terdengar ditelinga. Lagu yang dinyanyikan oleh pria itu begitu syahdu dan enak di dengar, hingga seluruh diruangan itu menikmati musiknya. Yuri menikmatinya dengan kedua mata terpejam dan tangan yang saling bertautan satu sama lain.

Tiffany menatap Yuri, ia mulai memikirkan sesuatu dengan tatapan jahilnya. Lagu telah usai, dan gadis itu hendak bangkit dari duduknya, meninggalkan Yuri yang tengah asik dengan ponselnya.

“Selamat malam semuanya!” suara lembut namun ceria itu terdengar begitu menarik perhatian. Raut wajah Tiffany menampilkan sebuah senyum bahagia, ia bahkan menampilkan senyum mengagumkannya. “Malam ini adalah malam—yang entah mengapa berhasil membuatku merasa—bahagia.” Senyuman diwajahnya semakin tersungging diwajahnya, dan Yuri—sahabatnya itu—baru menyadari bahwa Tiffany sedang tidak duduk ditempatnya. “Bukan berita terlalu bagus memang…” jeda Tiffany, mencoba menahan senyumnya. “Tetapi aku berharap ini merupakan langkah awal yang baik untuk nantinya.” Lanjutnya, sesaat ia belum melanjutkan ucapannya, Tiffany terlebih dulu menarik napas dalam-dalam. “Maka dari itu, aku berharap sahabatku ini ingin menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang, atau mungkin—terserahlah apa baginya—seseorang yang  dikasihinya.”

Yuri menoleh ke asal suara dan mendapati Tiffany tengah berdiri diatas panggung dengan salah satu alis terangkat ke atas. Apa yang sedang dilakukannya?

“Kwon Yuri!” Panggilan nama itu keluar begitu mudahnya dari bibir Tiffany, dan pemilik nama itu seperti membeku ditempatnya.

A-apa-apaan ini?

“Kwon Yuri-ssi, kemarilah! Maukah kau menyanyikan sebuah lagu untuk kami semua?” Pinta Tiffany dengan tatapan yang entah itu memohon atau jahil, Yuri hanya menahan rasa malu dan demam panggungnya. “Atau mungkin untuk seseorang yang sedang dalam perjalanan menuju kemari?” Pinta Tiffany dengan kepala sedikit miring ke kiri dan tatapan menantangnya.

Mwoya?” sahut Yuri tak ingin mengerti atau mencari tau.

“Cepatlah kemari, Yuri-ya! Nyanyikanlah sebuah lagu untukku, untuknya, ataupun orang yang kau kasihi.” Pinta Tiffany lagi.

Seseorang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam kafe bergaya klasik tersebut, dengan pandangan mencari-cari keseluruh tempat. Napasnya sedikit memburu, tetapi masih bisa diatur olehnya. Semua mata—terlebih perempuan—memandangnya, menatapnya dengan intens, ada juga yang berusaha menggodanya dengan tatapan sensualnya.

Asing. Tidak ada seorangpun yang bisa dikenali olehnya. Ia baru saja mengambil ponsel disaku mantel miliknya. Namun, terhenti.

Dan pada hitungan detik berikutnya—walau awalnya gadis itu menolak— Yuri bangkit dari duduknya dan berjalan ke atas panggung.

Detik itu juga, entah mengapa seluruh dunianya terasa terhenti. Kedua matanya hanya terpaku pada sosok itu. Jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Napasnya tercekat. Dan hal yang paling tak masuk akal dan sulit diterima oleh akal sehatnya adalah… dirinya merasa begitu lega dan tenang saat melihat sosok gadis itu lagi.

Yuri menghentikan langkahnya saat ia sudah berada disamping Tiffany dan menatap para tamu dikafe ini. “Nyanyikan sebuah lagu yang mewakili hatimu saat ini, sayang.” Instruksi Tiffany sembari mengedipkan salah satu matanya dengan senyum bahagia diwajahnya. Yuri hanya bisa terdiam dengan bibir sedikit terbuka, membuatnya sedikit terlihat bodoh dan polos. Tanpa mengulur waktu lagi, Tiffany memberikan mike dan turun dari panggung, meninggalkan Yuri seorang diri.

Yuri menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya itu, lalu segera tersadar apa yang harus dilakukannya saat ini juga. Ia lalu mengambil gitar yang saat itu tengah tidak digunakan atau mungkin sengaja dibiarkan disana. Detik berikutnya, ia duduk dikursi, menyetel standing mike sesuai keinginannya.

“Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang…” Yuri menghentikan ucapannya. Ia teringat—tidak, sebenarnya ia selalu mengingat orang itu—. Dadanya mulai terasa sesak. “…dan para pelanggan dikafe ini. Semoga kalian menyukainya. Juga aku harap, kalian semua bisa merasakan ketulusanku.” Lanjutnya, diiringi senyum lembut diwajahnya.

Sebuah senyum lembut tanpa sadar tersungging diwajah Kyuhyun. Kedua tangannya terlipat didepan dada, menikmati dan memerhatikan setiap gerak-gerik yang Yuri lakukan. Suara petikan gitar mulai terdengar, diiringi suara Yuri kemudian.

 

For you, who is sad and crying
For you, who is struggling
I’ll sing this song for you with all my heart
When you think you’re alone, when you suddenly start to cry
When you feel like no one is next to you

Tolong, aku mohon padamu. Ingatlah. Kedua mata Yuri mulai basah, tetapi ia tahan.

Remember that you’re not alone
Even if the world always hurts you

Even when you feel lonely or sad, don’t cry
I’ll wordlessly hug you, I’ll listen to you
Look back, I’ll be here
I’ll wipe away all your tears
Even all your loneliness

Kau mungkin lupa, siapa yang selalu berusaha untukmu? Siapa yang selalu mencoba menghibur dan membuatmu tersenyum kembali? Siapa yang selalu menjadikanmu priotas setiap saatnya?

On a sleepless night, when you’re in your lonely and empty room
When there’s no one to listen to you
When hardships come to you like falling rain
And drenches you without being able to avoid it

Disaat kau merasakan kesepian dan ingin menyendiri, aku mungkin membiarkanmu sendiri. Tetapi tidak pernah sedetikpun membiarkanmu merasakan sepi. Juga, jika kau ingin tau dan sadar, aku tidak benar-benar meninggalkanmu sendiri.

Salah satu air matanya turun membasahi pipinya. Tetapi, tentu saja tidak ada yang menyadarinya. Bahkan itu Tiffany ataupun Kyuhyun, tidak ada yang menyadarinya. Kecuali laki-laki itu. Laki-laki yang sedaritadi berada ditempatnya untuk menghadiri janji temu dengan kliennya, bahkan sebelum Yuri datang sekalipun, ia sudah disana.

Remember that you’re not alone
Even if the world always hurts you

Maka dari itu, coba ingatlah. Kau selalu memiliki ku. Kau mungkin selalu tak menyadari keberadaanku. Kau mungkin selalu sibuk dengan duniamu. Kau mungkin selalu merasa sakit di dalam hatimu.

Oleh karena itu, maukah kau mengingatku dan datang padaku saat kau merasakan semua hal buruk itu?

Even when you feel lonely or sad, don’t cry
I’ll wordlessly hug you, I’ll listen to you
Look back, I’ll be here
I’ll wipe away all your tears
Even all your loneliness

Karena aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Karena aku selalu berusaha melakukan segala cara untukmu. Karena aku selalu menyayangimu setiap saatnya. Karena aku… Ya Tuhan, aku mohon. Aku tidak bisa lagi berkata apa-apa saat ini, selain ‘kembalilah padaku, aku merindukanmu’.

Aku merindukanmu, Oh Seunghwan.

Suara alunan petikan gitar perlahan-lahan menghilang dan berhenti, Yuri kembali membuka kedua matanya dan menatap para penonton yang melihatnya. Detik berikutnya, suara riuh tepuk tangan penonton memenuhi ruangan itu. Yuri menyunggingkan senyum senang bercampur malu, ia lalu meletakkan gitarnya dan turun dari panggung setelah mengucapkan terima kasih.

***

 

“Yuri!” suara lembut itu berhasil membuat langkah seseorang terhenti. Yuri mencari pemilik suara itu ketika ia hendak menuju pintu keluar kafe dengan Tiffany. Cho Kyuhyun, melangkahkan kedua kakinya dengan lebar untuk segera sampai dihadapan Yuri. Senyum bahagia terlihat diwajah laki-laki itu, dan tatapan senang berbinar yang dipancarkan oleh kedua matanya, hanya disambut Yuri dengan kedua bola mata polos dan seolah terus bertanya-tanya serta kening mengernyit.

“Cho Kyuhyun, apa yang kau lakukan disini?” tanyanya polos. Dan pertanyaan itu berhasil membuat raut wajah Kyuhyun kembali datar dan dingin.

“Tidak ada.” Balasnya kesal.

“Benarkah?” tanya Yuri tak percaya.

“Kau!” kesal Kyuhyun lalu membuang wajahnya dengan sebal sembari menyilangkan kedua tangannya sesaat sebelum kembali menatap Yuri lagi. “Aku datang kemari untuk menemuimu.” Lanjutnya lembut dan mencoba menjelaskan, walau ia sedikit merasa kesal karena Yuri menanyakan hal yang tidak perlu.

Gadis itu menganggukkan kepalanya perlahan, tetapi tidak menyahuti atau menanggapi ucapan Kyuhyun barusan.

Suara dehaman yang sedikit disengaja itu terdengar, membuat keduanya menoleh ke asal suara. “Ah ya,” ucap Yuri teringat sesuatu. “Kenalkan, ini Tiffany Hwang, sahabatku.” Lanjutnya.

Tiffany mengulurkan salah satu tangannya untuk berjabat tangan dan disambut oleh Kyuhyun. “Hai, aku Cho Kyuhyun, sahabat Yuri juga.” Jabatan tangan itu memang hanya sesaat dan untuk menghormati satu sama lain, antara Kyuhyun dan Tiffany. Jadi, keduanya tidak memerlukan waktu yang lama untuk melakukannya. Tetapi, hanya saja… Yuri menatap Kyuhyun dengan salah satu alis terangkat. Merasa ditatap seperti itu oleh Yuri, Kyuhyun lalu menatap Yuri dengan senyum mautnya. “Hm, ada apa?” tanyanya, membuat gadis itu segera tersadar dari gelutan pikirannya.

“Kalian masih ingin berbicara?” tanya Tiffany sopan, melihat bahasa diam, yang hanya dimengerti oleh keduanya.

Yuri menoleh, bersamaan dengan Kyuhyun yang menatap kearahnya. Lalu, mereka kembali menatap satu sama lain.

Tatapan Yuri seperti mengatakan, apa ada hal yang ingin kau katakan padaku?

Sedangkan tatapan Kyuhyun mengatakan, bukankah kau yang seharusnya mengatakan sesuatu padaku, Nona Kwon?

Kening Yuri mengernyit, tidak menyetujui pikiran atau pendapa Kyuhyun barusan. Tidak ada, Cho Ahjussi. Lalu, yang ku pertanyakan saat ini untuk apa kau datang menemuiku?

Kyuhyun tersenyum geli saat melihat gerak-gerik Yuri untuk mengungkapkan isi pikirannya itu. “Aku merindukanmu, Kwon Yuri. Hanya ingin memastikan dan melihatmu. Hanya itu.” Ucapnya dengan lembut, sembari mengelus pucuk kepala Yuri dengan penuh kasih.

Yuri terdiam. Kedua bola matanya membulat sempurna saat mendengar Kyuhyun mengatakan hal barusan. Tubuhnya sedikit mematung saat laki-laki itu menyentuh dan membelai pucuk kepalanya. Sedangkan Tiffany, hanya menatap kedua makhluk tersebut dengan tatapan bertanya-tanya juga senyum yang tak pernah luput dari wajahnya saat melihat kedua insan dihadapannya.

“Ah ya!” seru Kyuhyun, teringat sesuatu hal. ia lalu menurunkan tangannya ke pipi Yuri yang sedikit chubby. “Lagu yang tadi kau nyanyikan, untuk siapa? Aku menyukainya.” Tanyanya lembut sembari mencubit pipi Yuri pelan.

“Kenapa?” balas Yuri, menuntut penjelasan lebih sebelum menjawab pertanyaan Kyuhyun tadi.

Kyuhyun sedikit memajukan wajahnya ke depan, membuat jarak diantara mereka sedikit dekat, dan dapat melihat dengan jelas raut wajah keduanya. “Apakah untukku?” tanyanya, penuh percaya diri dan senyum—yang tak dapat dibohongi bahwa ia sangatlah—bahagia. Walau ia tidak berharap jawabannya adalah ‘ya’.

Yuri terdiam. Menatap lekat jauh ke dalam bola mata Kyuhyun untuk mencari sesuatu. Lalu detik berikutnya, “Ya, untukmu.” Jawab Yuri tenang. Senyum Kyuhyun semakin melebar dan kedua matanya berbinar senang.

Entah, apa yang diakukan Yuri saat ini adalah benar atau tidak. Entah, apa yang dilakukan Yuri ini membuat Kyuhyun salah paham atau tidak. Ia tidak pernah memikirkan sedikitpun tentang akibatnya.

Karena, yang ia tau adalah Kyuhyun adalah sahabatnya. Karena, yang ia tau adalah Kyuhyun tak pernah melihatnya sebagai perempuan. Karena, yang ia tau adalah dirinya hanya akan selalu dan akan selalu bahagia bersama dengan seseorang yang sampai saat ini masih ada dihatinya. Dan karena, yang ia tau adalah menolak dan menampik badai yang sedang bergemuruh dihatinya.

Dan tak jauh dari tempat mereka berdiri, ada seorang laki-laki yang sedang memerhatikan, selalu, dan akan selalu memerhatikan Yuri setiap saatnya jika gadis itu selalu berada disekitar atau tertangkap oleh pandangan matanya.

Oh Seunghwan, tersenyum kecut saat melihat tangan laki-laki asing—atau, sebenarnya ia tau siapa laki-laki itu—berada diwajah Yuri. Ia tak akan pernah menyukai atau menikmati saat-saat seperti itu.

Karena baginya, Yuri adalah kekasihnya. Sekalipun laki-laki itu yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Yuri, atau sekalipun ia memilih untuk menjauh dari gadis itu, tetap saja ia juga tak bisa menampik bahwa ia masih mencintai Yuri sampai saat ini.

Dan kali ini, ia akan mencoba sekali lagi untuk kembali kekehidupan Yuri. Kembali menjadi kekasihnya lagi. Kembali menjadi pria Yuri. Dan, kali ini ia akan menjauhkan Cho Kyuhyun dari kehidupan seorang Kwon Yuri, dan mungkin gadis itu tidak ingin bahkan sudah tidak mengenal lagi dengan laki-laki itu.

—To Be Continued—

Hai, hai!

Happy Monday fellas~ ^^

Selamat beraktivitas ya, semangat!

Berharap kalian suka dengan lanjutan chapter ini hoho 😀

Baru buka laptop lagi, jadi maaf ya guys kalo lama postnya hehe

Semoga kalian tetap menyukai cerita di ff ini maupun ff satunya lagi hoho

Jangan lupa memberikan komentar, kritik, dan saran 🙂

Keep RCL guys!

Terima kasih banyak~

29 respons untuk ‘I Wanna Say “I Love You” [Part 7]

  1. ziah berkata:

    mereka mh bukan sahabat tp pacaraann, saling perhatiannya itu loh eonni melebihi seorang sahabat huwfh .. trus knp yuri mash suka ama c ahjussi gendut itu siihh nggk rela, semoga kyuri cept2 jatuh cinta .. amiinn 🙂 ..

  2. Widya syc berkata:

    Bagus dech, akhirnya Kyu thu sprti apa Victoria yg sbnernya 🙂
    Apa!!! dy ingin kmbli kekehidupan Yuleon, pkoknya itu tdk boleh trjadi :-@
    coz smpai kpnpun KyuRi akan slalu bersama, KyuRi jjang… 🙂 next eon.. Keep Writing ^^

  3. desi berkata:

    stiap hari aku cek wp ini loh, soalnya pnasaran banget sma ff yg satu ini hihihihi~ tpi skarang udah tau, kyaknya eonni post ff nya sminggu skali yah…
    eonni sbenernya aku kurang puas sma part yg ini, knapa yah?? knapa oh seung hwan nya dimunculin lgih? agak kurang srek..diawal yuri seunghwan kan sudah putus. brarti tinggal fokus ke kyuri..
    heheheh itu ajah… tapi apapun itu aku akan baca kok~ oh iyah kyuri lama bnget sdar sama prasaan masing-masing yah

    eonni aku tunggu klanjutannya~ 😉 🙂

  4. Rania SonELF berkata:

    Persahabatan KyuRi emang manis banget.. Yakin thu ngga salin jatuh cinta…?? Apakabarx Seohyun.. Koq ngga muncul.. Victorya selingku.. Biar ajha lgian jga ngga penting…!! Yah ajhussi Seunghwan jngan coba” engkau pisahkan KyuRI

  5. nita kyuri berkata:

    yul eonni kayak.x masih cinta tuch sma senghwan,wah ayo dong eonni buat yul eonni nggak inget senghwan lagi,aish pa2 tuch senghwan,dia mw kembali ma yul eonni n mw jauhin yul eonni dari kyupa ??oh tdk bisa d.biar kan nhy,,suka scene pas yul eonni d.gendong kyupa tuch so sweet banget,,eh kyupa nggak bakal nikah ma victoria ya,kan dia mw jadi pnyanyi trus si vic jga kayak.x selingkuh tuch,,,d.tunggu moment sweet.x kyuri eonni n part slnjut.x jga, fighting..

  6. marta rahayu berkata:

    Sama2 belum peka terhadap perasaan masing2 antara yuri dan kyuhyun, ayo dong kyupa jadian sm yuri sebelum om ajuhsi datang lagi sama yuri. Lanjutkan oenni dan jangan lama2

  7. stffnat berkata:

    Nooo ajusshi, step back !!!.
    There’s no way yuri gonna back to youuuuuu. ajusshi kenapa balik lagi sih. Ini sumpah. friendzone tingkat akut. Legit bgt eon. Greget sama kyurinya gak nyadar opo yo perasaan masing2 ituuu duh pinter tapi agak2 juga yaaa. Ditunggu kelajutan nya eon. Kalo masa teknis penulisan, alur, tempo mah eon lebih jago. Tapi yg jelas keep writing 🙂

  8. Tiara berkata:

    Euni kren trimakadih udah cpet updatey…kpn kyuri jdi spsang keksih euni.knpa ajushi sunghwan dtng lagi…..eunhyuk y kok ngilang euni…..ftnggu next y euni..😀😀😀

  9. titania_kyuri berkata:

    eonni akhirnya dilanjut lagi…
    akhirnya kyuppa tau kalo vic itu emang g baik buat dy..
    ihhm.itu si seunghwan ngapain cb muncul lagii..

  10. raditfinanda berkata:

    wah kyuri ini… saling mencintai satu sama lain tpi tidak sadar pd siapa cinta ya ….. semoga kyuri ini sadar akan cinta ya itu… ya kenapa songgwhan kembali lgi,, jgan hancurkan hubungan kyuri yg lgi membaik dong.. lanjut next part ya eonni gomawo

  11. Devy nur isnainy berkata:

    kyuhyun ninggalin yuri cuman mau ngelupain tohh -_- dasarr
    aduhh itu siwon ngapain lagi masih deketin yuri, tuhkann ketauan sama kyuhyun kalo siwon pernah nyakitin yuri .. di tonjok dah sisiwon
    eyyy kyuhyun-yuri ngoming kyk gitu ko senyum doang doang sih 😀 .. padahal kalian sama-sama ngungkapin perasaan kalian
    yess kyuhyun tau kebusukan victoria
    eyyaaa itu lagu nya buat siapa ?? 😀 kyuhyun sumpah geer banget wkwk si yuri nya juga bilang iya aja wkwk
    oh seunghwan -_- ngapain mau balik lagi ke kehidupan yuri ??????? udahlah biar zi kyuhyun yg sama yuri .. suruh siapa ninggalin yuri -_-

    di tunggu nextpartnya eonni 🙂

  12. hyerin85 berkata:

    Cieeee unnie updateeee aku seneng bangettttttttttttttt
    oh seunghwan jan back to yuri. Kyuhyun please nikahinbyuri pleaseeee greget yura eonnie aku sama ceritanya makin seru 😘😘😘😘😘😘😘 lanjutttttt eonnie

  13. raditfinanda berkata:

    wah kyuhyun sangat marah banget sama siwon ngk kebayang gimana raut wajah kyuhyun saat marah,, pasti menakutkan banget…. hehehe semoga kyuri bisa bersatu dan kyuhyun sadar bawa cinta sejatinya itu hhanya yuri… dan sungwhan saya harap bisa mundur hehehe lanjut next part ya eonni jgan lama-lama ya hehehe gomawo

  14. yoandaraina berkata:

    Eonni jngn bw2 oh seunhwn dongg, ckup enhyuk ajah yg jd saingn kyuhyun’a.. Jngn oh seunghwan eonnii pliss yoan gk ska ajah klo yuleonn sm oh seunhwan ahjussi ituh..

  15. Xoxoyulove berkata:

    Oh noooooo. Itu oh seunghwan kenapa pengen balek ke yul lg?? biarkan kyuri bersama. Jgn ganggu mereka. 😡 Sepertinya kyu mulai cinta yul. 😄 ah persahabatan yg romantis 😳 ditunggu chap berikutnya ya thor. 😁

  16. kyulyul berkata:

    kyaaaaak
    kyuri kalian bikin greget,
    gk peka satu sama lain.

    aaa yes ketauan deh si vict,
    topengnya udh kebuka

    tidaaaak seunghwan tak boleh bersama uri yuri.

    please kak,ditunggu next part sama ff yg satu lagi.

    keep writting

  17. baekrihyun berkata:

    itukah yang dinamakan syahabat? Astaga authornim kapan Kyuhyun dapet hidayah bahwa sebenernya dia punya perasaan lebih sama yuri unni bukan sebagai sahabat. seneng rasanya kedok nya mbak vic kebongkar.

    Ayolah Kyu…. bergerak jangan sampe seunghwan sama yuri unni taken lagi, punya perasaan gak enak buat chapter depan, kayanya yuri unni bakal ketemu sama om itu. ditunggu next chapnya thor semangat!!!!

  18. ashley vahrio berkata:

    Hah?! Itu seunghwan balik lagi? Mau balikan sama yuri? Trus yuri jga mash kepikiran seunghwan truss.. Andwaeeee jngn smpe yuri balik ke seunghwan–_—
    Kyu ini harus disadarin dulu agaknya, klo keilangan yuri lg, baru ntr nyeseeell

  19. kyulyul berkata:

    eonnii
    kyaaa seneng bgt deh eonni update

    itu seunghwan ahjussi ngapain pengen blik ke yuri
    oh tidaaaak
    mbak yul ayo move on
    kyuhyun peka dong ya siapa yg ada di hati kmu embul

    keep writting and i’ll be waiting for next part eonni

  20. tyas arin berkata:

    waw serem jg kyu bisa ngajar siwon . sosweet kyu gendong yuri, perhatiannya bkn meleleh tp syg nya kyu gak peka ni sm prsaannya kasiaan yuri ..
    akhrnya punya alasan buat putus am vic ..
    aduh obrolan dlm pikirannya ya,, yaampun mrka tuh bkn greget ya ..

  21. kaiyulhan berkata:

    eonnni maaf aku baru bisa baca ff mu stelah tugas kuliah yg menumpuk >.< lanjut eonni fighting 🙂

Leave Your Comment